wptemplates.org
RSS Feed

Sabtu, 28 Agustus 2010

CAMPUR SARI MATERI BI

APRESIASI DRAMA
A. PENGERTIAN
Drama berasal dari bahasa Yunani draomai, yang berarti ‘berbuat’ , ‘bertindak’, atau ‘beraksi’. Drama merupakan tiruan kehidupan yang manusia yang diproyeksikan di atas pentas. Drama disebut juga sandiwara. Kata ini berasal dari bahasa Jawa, yaitu ‘sandi’ yang berarti ‘tersembunyi’ dan ‘warah’ yang berarti ‘ajaran’. Dengan demikian, sandiwara berarti ajaran yang tersembunyi dalam tingkah laku dan percakapan.
Drama dalam arti luas adalah suatu bentuk kesenian yang mempertunjukkan sifat atau budi pekerti manusia dengan gerak dan percakapan di atas pentas atau panggung. Drama merupakan bentuk seni yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan emosi melalui lakuan dan dialog. Dengan melihat drama, penonton seolah-olah melihat kehidupan dan kejadian dalam masyarakat. Hal ini karena drama merupakan potret kehidupan manusia.
Drama mencakup 2 bidang seni, yaitu seni sastra (untuk naskah drama) dan seni peran/pentas (pementasan). Sebuah naskah drama akan menjadi lengkap/ utuh ketika dipentaskan.
B. UNSUR-UNSUR DRAMA
Drama memiliki unsur-unsur sebagai berikut.
1. tokoh dan penokohan
Tokoh memiliki posisi yang sangat penting karena bertugas mengaktualisasikan cerita/ naskah drama di atas pentas. Dalam cerita drama tokoh merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak cerita.oleh karena itu seorang tokoh haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik.
Di samping itu dalam naskah akan ditentukan dimensi-dimensi sang tokoh. Biasanya ada 3 dimensi yang ditentukan yaitu:
Dimensi fisiologi (ciri-ciri badani) antara lain usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, cirri-ciri muka,dll.
Dimensi sosiologi (latar belakang) kemasyarakatan misalnya status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, hobby, dan sebagainya.
Dimensi psikologis (latar belakang kejiwaan) misalnya temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dan lain sebagainya.
Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi diatas, maka tokoh yang akan kita perankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh yang mati.
Berdasarkan perannya, tokoh terbagai atas tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama adalah tokoh yang menjadi sentral cerita dalam pementasan drama sedangkan tokoh pembantu adalah tokoh yang dilibatkan atau dimunculkan untuk mendukung jalan cerita dan memiliki kaitan dengan tokoh utama.
Dari perkembangan sifat/perwatakannya, tokoh dan perannya dalam pementasan drama terdiri 4 jenis, yaitu tokoh berkembang, tokoh pembantu, tokoh statis dan tokoh serba bisa. Tokoh berkembang adalah tokoh yang mengalami perkembangan selama pertunjukan. Misalnya, tokoh yang awalnya seorang yang baik, namun pada akhirnya menjadi seorang yang jahat. Tokoh pembantu adalah tokoh yang diperbantukan untuk menjelaskan tokoh lain. Tokoh pembantu merupakan minor character yang berfungsi sebagai pembantu saja atau tokoh yang memerankan suatu bagian penting dalam drama, namun fungsi utamanya tetap sebagai tokoh pembantu. Tokoh statis adalah tokoh yang tidak mengalami perubahan karakter dari awal hingga akhir dalam dalam suatu drama. Misalnya, seorang tokoh yang berkarakter jahat dari awal drama akan tetap bersifat jahat di akhir drama. Tokoh serba bisa adalah tokoh yang dapat berperan sebagai tokoh lain (all round). Misalnya, tokoh yang berperan sebagai seorang raja, namun ia juga berperan sebagai seorang pengemis untuk mengetahui kehidupan rakyatnya.
2. alur (plot)
Alur adalah jalinan cerita. Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
Pemaparan (eksposisi)
Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada penonton disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita. Pada umumnya bagian ini disajikan dalam bentuk sinopsis.
Komplikasi awal atau konflik awal
Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan penggerak drama.
Klimaks dan krisis
Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan. Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.
Peleraian
Pada tahap ini mulai muncul peristiwa yang dapat memecahkan persoalan yang dihadapi.
Penyelesaian (denouement)
Drama terdiri dari sekian adegan yang di dalamnya terdapat krisis-krisis yang memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar di bagian akhir selanjutnya diikuti adegan penyelesaian.
Alur cerita akan hidup jika terdapat konflik. Konflik merupakan unsur yang memungkinkan para tokoh saling berinteraksi. Konflik tidak selalu berupa pertengkaran, kericuhan, atau permusuhan di antara para tokoh. Ketegangan batin antartokoh, perbedaan pandangan, dan sikap antartokoh sudah merupakan konflik. Konflik dapat membuat penonton tertarik untuk terus mengikuti atau menyaksikan pementasan drama.
Bentuk konflik terdiri dari dua, yaitu konflik eksternal dan konflik internal. Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan lingkungan alamnya (konflik fisik) atau dengan lingkungan manusia (konflik sosial). Konflik fisik disebabkan oleh perbenturan antara tokoh dengan lingkungan alam. Misalnya,seorang tokoh mengalami permasalahan ketika banjir melanda desanya. Konflik sosial disebabkan oleh hubungan atau masalah social antarmanusia. Misalnya, konflik terjadi antara buruh dan pengusaha di suatu pabrik yang mengakibatkan demonstarasi buruh. Konflik Internal adalah konflik yang terjadi dalam diri atau jiwa tokoh. Konflik ini merupakan perbenturan atau permasalahan yang dialami seorang tokoh dengan dirinya sendiri, misalnya masalah cita-cita, keinginan yang terpendam, keputusan, kesepian, dan keyakinan.
Kedua jenis konflik diatas dapat diwujudkan dengan bermacam peristiwa yang terjadi dalam suatu pementasan drama. Konflik-konflik tersebut ada yang merupakan konflik utama dan konflik-konflik pendukung. Konflik Utama (bias konflik eksternal, konflik internal, atau kedua-duannya) merupakan sentral alur dari drama yang dipentaskan, sedangkan konflik-konflik pendukung berfungsi utnuk mempertegas keberadaan konflik utama.
3. dialog
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para tokoh harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta.
Jalan cerita drama diwujudkan melalui dialog (dan gerak) yang dilakukan pemain. Dialog-dialog yang dilakukan harus mendukung karakter tokoh yang diperankan dan dapat menunjukkan alur lakon drama. Melalui dialog-dialog antarpemain inilah penonton dapat mengikuti cerita drama yang disaksikan. Bahkan bukan hanya itu, melalui dialog itu penonton dapat menangkap hal-hal yang tersirat di balik dialog para pemain. Oleh karena itu, dialog harus benar-benar dijiwai oleh pemain sehingga sanggup menggambarkan suasana. Dialog juga harus berkembang mengikuti suasana konflik dalam tahap-tahap alur lakon drama.
Dalam percakapan atau dialog haruslah memenuhi dua tuntutan
1. dialog harus menunjang gerak laku tokohnya. Dialog haruslah dipergunakan untuk mencerminkan apa yang telah terjadi sebelum cerita itu, apa yang sedang terjadi di luar panggung selama cerita itu berlangsung; dan harus pula dapat mengungkapkan pikiran-pikiran serta perasaan-perasaan para tokoh yang turut berperan di atas pentas.
2. Dialog yang diucapkan di atas pentas lebih tajam dan tertib daripada ujaran sehari-hari. Tidak ada kata yang harus terbuang begitu saja; para tokoh harus berbicara jelas dan tepat sasaran. Dialog itu disampaikan secara wajar dan alamiah.
1. latar
latar atau setting adalah penempatan ruang dan waktu, serta suasana cerita. Penataan latar akan menghidupkan suasana. Penataan latar akan menghidupkan suasana, menguatkan karakter tokoh, serta menjadikan pementasan drama semakin menarik. Oleh karena itu, ketetapan pemilihan latar akan ikut menentukan kualitas pementasan drama secara keseluruhan.
5. tema
Tema drama adalah gagasan atau ide pokok yang melandasi suatu lakon drama. Tema drama merujuk pada sesuatu yang menjadi pokok persoalan yang ingin diungkapkan oleh penulis naskah. Tema itu bersifat umum dan terkait dengan aspek-aspek kehidupan di sekitar kita.
Tema Utama adalah tema secara keseluruhan yang menjadi landasan dari lakon drama, sedangkan tema tambahan merupakan tema-tema lain yang terdapat dalam drama yang mendukung tema utama.
Bagaimana menemukan tema dalam drama? Tema drama tidak disampaikan secara implisit. Setelah menyaksikan seluruh adegan dan dialog antarpelaku dalam pementasan drama, kamu akan dapat menemukan tema drama itu. Kamu harus menyimpulkannya dari keseluruhan adegan dan dialog yang ditampilkan. Maksudnya tema yang ditemukan tidak berdasarkan pada bagian-bagian tertentu cerita.
Walaupun tema dalam drama itu cendrung ”abstrak”, kita dapat menunjukkan tema dengan menunjukkan bukti atau alasan yang terdapat dalam cerita. Bukti-bukti itu dapat ditemukan dalam narasi pengarang, dialog antarpelaku, atau adegan atau rangkaian adegan yang saling terkait, yang semuannya didukung oleh unsur-unsur drama yang lain, seperti latar, alur, dan pusat pengisahan.
6. pesan/amanat
Setiap karya sastra selalu disisipi pesan atau amanat oleh penulisnya. Dengan demikian pula dengan drama. Hanya saja, amanat dalam karya sastra tidak ditulis secara eksplisit, tetapi secara implisit. Penonton menafsirkan pesan moral yang terkandung dalam naskah yang dibaca atau drama yang ditontonnya.
7. interpretasi kehidupan
Maksudnya adalah pementasan drama itu seolah-olah terjadi dengan sesungguhnya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari meskipun hanya merupakan tiruan kehidupan. Drama adalah bagian dari suatu kehidupan yang digambarkan dalam bentuk pentas
Pementasan drama memilki unsur-unsur sebagai berikut.
1. cerita
Cerita dalam drama seringkali mengusung masalah/persoalan kehidupan. Cerita dalam drama disusun dalam bentuk dialog, yang disebut naskah drama atau skenario.
2. pelaku
Pelaku drama (pemain drama, aktor, atau aktris) adalah pembawa cerita. Merekalah yang membawakan/menyampaikan cerita kepada penonton. Dalam menyampaikan cerita kepada penonton, pelaku memliki dua alat, yaitu dialog (ucapan) dan gerak (perbuatan)
3. sutradara
Sutradara bertugas menerjemahkan dan mewujudkan isi cerita kepada penonton melalui ucapan dan perbuatan (akting) para pelaku di panggung.
4. panggung
Panggung merupakan tempat pementasan atau tempat para pelaku mengekspresikan watak tokoh sesuai dengan isi cerita.
5. penonton
Penonton merupakan penikmat drama. Penonton berfungsi untuk mendukung kelangsungan hidup drama.
C. MENULIS NASKAH DRAMA
Drama adalah ragam sastra dalam bentuk dialog yang dimaksudkan untuk dipertunjukkan di atas pentas. Salah satu komponen yang diperlukan untuk mementaskan sebuah drama adalah naskah drama. Naskah drama berisi cerita yang disusun dalam bentuk dialog. Naskah drama biasanya mengandung beberapa unsur pokok, seperti pelaku (tokoh), dialog (percakapan), dan keterangan (latar, kostum, aksesoris), serta keterangan lakuan (akting).
Perhatikan contoh kutipan naskah drama berikut!
DAG DIG DUG
(Putu Wijaya)
BABAK I
Sebuah ruang besar yang kosong. Meskipun di tengah-tengah ada sebuah meja marmar kecil tinggi diapit dua kursi antik berkaki tinggi, berlengan membundar, berpantat lebar. Di sini sepasang suami istri pensiunan yang hidup dari uang indekosan menerima kabar seseorang telah meninggal di sana. Dalam surat dijelaskan akan datang utusan yang akan menjelaskan hal tersebut lebih lanjut. Pada hari yang dijanjikan keduanya menunggu.
Masih pagi.
Suami : Siapa?
Istri : Lupa lagi?
Suami : Tadi malam hapal. Siapa?
Istri : Ingat-ingat dulu!
Suami : Lupa, bagaimana ingat?
Istri : Coba, coba! Nanti diberi tahu lupa lagi. Jangan biasakan otak manja.
Suami : Cha….Chai….Chairul….Ka, Ka…ah sedikit lagi (berusaha mengingat-ingat)
Istri : (tak sabar) Kairul Umam!
Suami : Ah? Kairul Umam? Ka? Bukan Cha? Kok lain?
Istri : Kairul Umam! Kairul Umam! Kairul Umam! Ingat baik-baik!
Suami : Semalam laim.
Istri : Kok ngotot!
Suami : Semalam enak diucapkan, Cha, Cha….begitu. Sekarang kok, Ka, Ka…..siapa?
Istri : KAIRUL UMAM!
Suami : Kok Kairul, Cha!
Istri : Chairul Umam!
Suami : Semalam rasanya. Jangan-jangan keliru. Coba lihat suratnya lagi.
Istri : Kok ngotot. Ni lihat. (Menyerahkan surat)
Suami : (memasang kaca mata, – membaca sambil lalu) ….dengan ini kami kabarkan…ya, jangan terkejut….diluar dugaan, barangkali….kami harap….dengan ini kami kabarkan….ya, jangan terkejut…..diluar dugaan lho….dengan ini kami kabarkan….
Istri : (mengambil kaca dan mendekatkan mukanya) Ini apa!
Suami : O, ya! Chairul, Chairul….ini U atau N.
Istri : U!
Suami : Ini?
Istri : M!
Suami : Ini?
Istri : A. Ini M!
Suami : Seperti tulisan dokter.
Istri : Sekarang siapa yang betul?
Suami : Jadi betul Chairul Umam, bukan KHA – irul Umam!
Penjelasan:
1. Paragraf awal menunjukkan keterangan latar (setting), petunjuk panggung, aksesoris, kostum, dan sebagainya. Kadang-kadang ditulis dengan huruf kapital.
2. Tulisan (kata atau kalimat) yang dicetak miring dan terdapat dalam tanda kurung merupakan keterangan lakuan (akting) untuk diperagakan pelaku.
Ada beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam menyusun naskah drama:
1. Babak
Babak merupakan bagian naskah yang merangkum semua peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu – tempat – peristiwa. Setiap babak terbagi atas adegan-adegan. Babak disusun berdasarkan pertimbangan pementasan, terutama menyangkut latar/setting karena sebuah bagian dalam cerita drama dapat terjadi pada waktu dan tempat yang berlainan dengan bagian lainnya. Melalui pengalihan babak, penonton akan diberitahu bahwa bagian cerita yang disaksikannya berada dalam waktu dan tempat yang berbeda dengan bagian terdahulu. Babak ditandai dengan dekorasi tertentu.
2. Adegan
Adegan merupakan bagian dari babak yang ditandai dengan pergantian formasi/posisi pemain di atas pentas. Batasnya ditentukan oleh datang dan perginya seorang atau lebih tokoh di atas pentas.
3. Dialog
Dialog yaitu percakapan antara tokoh satu dengan tokoh lainnya yang menjadi pusat tumpuan berbagai unsur struktur drama.
4. Petunjuk lakuan
Petunjuk lakuan berisi penjelasan kepada pembaca dan awak pementasan (sutradara, pemeran, penata seni, dsb.) mengenai keadaan, suasana, peristiwa, atau perbuatan tokoh, an unsur-unsur cerita lainnya.
5. Prolog
Prolog adalah bagian naskah drama yang ditempatkan pada bagian awal drama. Prolog berfungsi sebagai pengantar yang mengungkap keterangan tentang cerita yang akan disajikan.
6. Epilog
Epilog adalah bagian akhir naskah drama yang berisi kesimpulan pengarang mengenai cerita, nasihat, pesan moral (etika). Epilog bukanlah unsur yang harus ada dalam naskah drama.
7. Tema
Tema merupakan ’sesuatu’ yang disampaikan. ’Sesuatu’ yang ingin disampaikan pengarang itu terurai dalam seluruh unsur drama. Tema menjiwai seluruh bagian drama: babak, adegan, dialog, tokoh, bahasa. ’Sesuatu’ itu pula yang ingin disampaikan pengarang kepada penikmat/penonton drama.
8. Penokohan
Sifat dan kedudukan tokoh dalam drama bermacam-macam. Setiap tokoh menghadirkan karakter masing-masing. Watak tokoh bukan saja merupakan pendorong terjadinya peristiwa. Oleh karena itu, setiap tokoh mengemban tujuan yang penting dalam pengembangan alur cerita.
9. Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang dihubungkan dengan hukum sebab akibat. Artinya, peristiwa-peristiwa pertama menyebabkan peristiwa kedua, peristiwa kedua meyebabkan peristiwa ketiga, dan seterusnya. Fungsi utama alur adalah mengungkap gagasan, membimbing, dan mengarahkan perhatian.
10. Bahasa
Unsur yang tidak kalah pentingnya dalam penulisan naskah drama adalah bahasa. Bahasa selalu menggerakkan tokoh dan mencipta suasana. Melalui bahasa yang diucapkan tokoh-tokohnya, kita dapat memahami waktu, tempat, keadaan, masalah. Melalui bahasa pula kita mengenal latar belakang setiap tokoh yang dideskripsikannya.
11. Solilokui (monolog/senandika)
Solilokui adalah ungkapan pikiran seorang tokoh yang diungkapkan dalam bentuk percakapan pada diri sendiri.
12. Aside
Aside adalah bagian dari naskah drama yang diucapkan seorang pemain kepada penonton dengan anggapan tokoh lain tidak mendengarnya.
Untuk menyusun sebuah naskan drama dapat digali dari pengalaman-pengalaman. Pengalaman tersebut dikisahkan kembali dengan mengingat pokok-pokok peristiwa yang terjadi, masalah yang dihadapi para tokoh, serta watak dan peran setiap tokoh dalam peristiwa tersebut. Urutan peristiwa yang tersusun digunakan sebagai kerangka penulisan naskah drama yang dijabarkan melalui dialog yang diucapkan para tokoh.
Dalam menulis naskah drama harus bersumber pada kehidupan dan watak manusia. Secara garis besar, untuk menulis naskah drama dapat mengikuti langkah-langkah berikut.
1. Menyusun cerita
2. Menjabarkan cerita itu menjadi rentetan peristiwa/garis lakon/alur, yang tersusun menjadi eksposisi, komplikasi, klimaks, antiklimaks, dan resolusi.
3. Rentetan peristiwa itu harus menonjol ke arah sebuah konflik sampai mencapai klimaks. Menulis drama tanpa mengandung konflik akan menjadi hambar dan monoton.
4. Menentukan jenis-jenis karakter serta penerapannya lewat gerak dan dialog. Konflik sebagai jiwa sebuah drama, berkembang karena pertentangan karakter protagonis melawan antagonis.
5. Menyusun naskah dalam bentuk dialog yang efektif. Dalam penyusunannya dapat didekati dari tiga hal, yaitu:
1. segi teknis, yaitu setiap dialog di sampingnya diberi catatan yang jelas (keluar, masuk, musik, dan juga perlu diberi angka untuk mempermudah koreksi)
2. segi estetis, yaitu dialognya harus indah, komunikatif, memikat, dan memperhatikan kontinuitas
3. segi literer, yaitu dialognya dapat menggunakan bahasa konotasi
D. MEMERANKAN DRAMA
Memerankan drama berarti mengaktualisasikan segala hal yagn terdapat di dalam naskah drama ke dalam lakon drama di atas pentas. Aktivitas yang menonjol dalam memerankan drama ialah dialog antartokoh, monolog, ekspresi mimik, gerak anggota badan, dan perpindahanletak pemain.
Pada saat melakukan dialog ataupun monolog, aspek-aspek suprasegmental (Lafal, intonasi, nada atau tekanan dan mimik) mempunyai peranan sangat penting. Lafal yang jelas, intonasi yang tepat, dan nada atau tekanan yang mendukung penyampaian isi/pesan
1. Membaca dan Memahami Teks Drama
Sebelum memerankan drama, kegiatan awal yang perlu kita lakukan ialah membaca dan memahami teks drama.Teks drama adalah karangan atau tulisan yang berisi nama-nama tokoh, dialog yang diucapkan, latar panggung yang dibutuhkan, dan pelengkap lainnya (Kontum, lighting, dan musik pengiring). Dalam teks dram, yang diutamakan ialah tingkah laku (acting) dan dialog (percakapan antartokoh) sehingga penonton memahami isi cerita yang dipentaskan secara keseluruhan. Oleh karena itu, kegiatan membaca teks drama dilakukan sampai dikuasainya naskah drama yang akan diperankan.
Dalam teks drama yang perlu kamu pahami ialah pesan-pesan dan nilai-nilai yang dibawakan oleh pemain. Dalam membawakan pesan dan nilai-nilai itu, pemain akan terlibat dalam konflik atau pertentangan. Jadi, yang perlu kamu baca dan pahami ialah rangkaian peristiwa yang membangun cerita dan konflik-konflik yang menyertainya.
2. Menghayati Watak Tokoh yang akan Diperankan
Sebelum memerankan sebuah drama, kita perlu menghayati watak tokoh. Apa yang perlu kita lakukan untuk menghayati tokoh? Watak tokoh dapat diidentifikasi melaui (1) narasi pengarang, (2) dialog-dialog dalam teks drama, (3) komentar atau ucapan tokoh lain terhadap tokoh tertentu, dan (4) latar yang mengungkapkan watak tokoh.
Melalui menghayati yang sungguh-sungguh, kamu dapat memerankan tokoh tertentu dengan baik. Watak seorang tokoh dapat diekspresikan melalui cara sang tokoh memikirkan dan merasakan, bertutur kata, dan bertingkah laku, seperti dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Artinya, watak seorang tokoh bisa dihayati mulai dari cara sang tokoh memikirkan dan merasakan sesuatu, cara tokoh bertutur kata dengan tokoh lainnya, dan cara tokoh bertingkah laku.
Hal yang paling penting dalam memerankan drama adalah dialog. Oleh karena itu, seorang pemain harus mampu:
1. Mengucapkan dialog dengan lafal yang jelas.
Seorang pemain dikatakan mampu bertutur dengan jelas apabila setiap suku kata yang diucapkannya dapat terdengar jelas oleh penonton sampai deretan paling belakang. Selain jelas, pemain harus mampu mengucapkan dialog secara wajar. Perasaan dari masing-masing pemain pun harus bisa ditangkap oleh penonton.
2. Membaca dialog dengan memperhatikan kecukupan volume suara.
Seorang pemain harus bisa menghasilkan suara yang cukup keras. Ketika membaca dialog, suara pemain harus bisa memenuhi ruangan yang dipakai untuk pementasan. Suara pemain tidak hanya bisa didengar ketika panggung dalam keadaan sepi, juga ketika ada penonton yang berisik.
3. Membaca dialog dengan tekanan yang tepat.
Kalimat mengandung pikiran dan perasaan. Kedua hal ini dapat ditangkap oleh orang lain bila pembicara (pemain) menggunakan tekanan secara benar. Tekanan dapat menunjukkan bagian-bagian kalimat yang ingin ditonjolkan.
Ada 3 macam tekanan yang biasa digunakan dalam melisankan naskan drama:
1. tekanan dinamik
yaitu tekanan yang diberikan terhadap kata atau kelompok kata tertentu dalam kalimat, sehingga kata atau kelompok kata tersebut terdengar lebih menonjol dari kata-kata yang lain. Misalnya, ”Engkau boleh pergi. Tapi, tanggalkan bajumu sebagai jaminan!” (kata yang dicetak miring menunjukkan penekanan dalam ucapan).
1. tekanan tempo
yaitu tekanan pada kata atau kelompok kata tertentu dengan jalan memperlambat pengucapannya. Kata yang mendapat tekanan tempo diucapkan seperti mengeja suku katanya. Misalnya, ”Engkau boleh pergi. Tapi, tang-gal-kan ba-ju-mu sebagai jaminan!” Pengucapan kelompok kata dengan cara memperlambat seperti itu merupakan salah satu cara menarik perhatian untuk menonjolkan bagian yang dimaksud.
c. tekanan nada
yaitu nada lagu yang diucapkan secara berbeda-beda untuk menunjukkan perbedaan keseriusan orang yang mengucapkannya. Misalnya, ”Engkau boleh pergi. Tapi, tanggalkan bajumu sebagai jaminan!” bisa diucapkan dengan tekanan nada yang menunjukkan ”keseriusan” atau ”ancaman” jika diucapkan secara tegas mantap. Akan tetapi, kalimat tersebut bisa juga diucapkan dengan nada bergurau jika pengucapannya disertai dengan senyum dengan nada yang ramah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan dialog drama adalah:
1. penggunaan bahasa, baik secara pelafalan maupun intonasi, harus relevan. Logat yang diucapkan hendaknya disesuaikan dengan asal suku atau daerah, usia, atau status sosial tokoh yang diperankan.
2. Ekspresi tubuh dan mimik muka harus disesuaikan dengan dialog. Bila dialog menyatakan kemarahan, maka ekspresi tubuh dan mimik pun harus menunjukkan rasa marah.
3. Untuk lebih menghidupkan suasana dan menjadikan dialog lebih wajar dan alamiah, para pemain dapat melakukan improvisasi di luar naskah.
Memahami Teknik Bermain Drama
Teknik bermain (akting) merupakan unsur penting dalam seni peran. Berikut ini hal-hal yang sangat mendasar berkaitan dengan teknik bermain drama.
1. Teknik Muncul
Teknik muncul adalah cara seorang pemain tampil pertama kali ke pentas yaitu saat masuk ke panggung telah ada tokoh lain, atau ia masuk bersama tokoh lain. Tentu, setelah muncul, pemain harus menyesuaikan diri dengan suasana perasaan adegan yang sudah tercipta di atas pentas. Kehadiran seorang tokoh harus mendukung perkembangan alur, suasana, dan perwatakan yang sudah tercipta atau dibangun.
2. Teknik Memberi Isi
Kalimat ”Engkau harus pergi!” mempunyai banyak nuansa. Ucapan tulus mengungkap keikhlasan atau simpati, sedangkan ucapan kejengkelan atau kemarahan tentu bernada lain. Nuansa tercipta melalui tekanan ucapan yang telah dijelaskan di muka (tekanan dinamik, tekanan nada, dan tekanan tempo).
3. Teknik Pengembangan
Teknik pengembangan berkait dengan daya kreativitas pemeran, sutradara, dan bagian estetis. Dengan pengembangan, sebuah naskah akan menjadi tontonan memikat. Bagi pemain, pengembangan dapat ditempuh dengan beberapa cara, diantaranya:
1. Pengucapan
Pengembangan pengucapan dapat ditempuh dengan menaikkan – menurunkan volume dan nada. Dengan demikian setiap kata, frase, atau kalimat dalam dialog diucapkan dengan penuh kesadaran. Artinya, setiap pemain sadar kapan harus mengucap dengan keras-cepat-tinggi atau lembut-lambat-rendah.
1. Gesture
Pengembangan gesture dapat dicapai dengan lima cara. Setiap cara, tentu saja, tidak dapat dipisah-pisahkan sebab saling melengkapi dan menyempurnakan.
(1) Menaikkan posisi tubuh
Menaikkan posisi tubuh berarti ada gerakan baik dari menunduk-menengadah, tangan terkulai menjadi teracung, berbaring-duduk-berdiri, atau berdiri di lantai-kursi-meja.
(2) Berpaling
Berpaling mempunyai arti yang spesifik dalam pengembangan dialog: tubuh atau kepala. Perhatikan dialog berikut ini dan tentukan pada bagian mana kita harus berpaling.
”Aku iri denganmu. Kadang-kadang aku berpikir untuk keluar saja, lalu buka bengkel juga. Tidak ada hierarki. Tidak ada rapat-rapat panjang.”
(3) Berpindah tempat
Berpindah tempat dapat terjadi dari kiri-kanan, depan-belakang, bawah-atas. Tentu, harus ada alasan yang kuat mengapa harus berpindah
(4) Gerakan
Gerakan anggota tubuh: melambai, ,mengembangkan jari-jari, mengepal, menghentakkan kaki, atau gerakan lain seturut dengan luapan emosi. Ada tiga kategori melakukan gerakan: a) gerakan dilakukan bersamaan dengan pengucapan kata, b) gerakan dilakukan sebelum kata diucapkan, c) gerakan dilakukan sesudah kata diucapkan.
(5) Mimik
Perubahan wajah atau mimik mencerminkan perkembangan emosi. Tanpa penghayatan dan penjiwaan tidak mungkinlah timbul dorongan dari dalam atau perasaan-perasaan. Justru perasaan inilah yang mendasari raut wajah.
4. Menciptakan Peran
Tentu saja untuk menciptakan peran, pemain harus sadar bahwa ia sedang ”memerankan sebagai……..” Artinya, seluruh sifat, watak, emosi, pemikiran yang dihadirkan adalah sifat, watak, emosi, dan pemikiran ”tokoh yang diperankan”. Dengan demikian, seorang pemain harus berkemampuan menciptakan peran dalam sebuah pertunjukan.
Hal-hal berikut dapat membantu untuk menciptakan peran:
1. kumpulkan tindakan-tindakan pokok yang harus dilakukan oleh pemeran dalam pementasan
2. kumpulkan sifat-sifat tokoh, termasuk sifat yang paling menonjol
3. carilah ucapan atau dialog tokoh yang memperkuat karakternya
4. ciptakan gerakan mimik atau gesture yang mampu mengekspresikan watak tokoh
5. ciptakan intonasi yang sesuai dengan karakter tokoh
6. rancanglah garis permainan tokoh untuk mlihat perubahan dan perkembangan karakter tokoh
7. ciptakan blocking dan internalisasi dalam diri sehingga yang berperilaku adalah tokoh yang diperankan.
….disarikan dari berbagai sumber….
_________________________________________________________________________________________________
MENULIS CERITA PENDEK
Cerita pendek atau lebih sering disingkat dengan cerpen adalah salah satu bentuk karya sastra prosa. Sebagai karya sastra, cerpen bersifat fiktif-imajinatif., sehingga disebut pula karangan fiksi. Meskipun bersifat fiktif-imajinatif, tak jarang persoalan yang diangkat dalam cerpen bersumber dari kenyataan (fakta) sehari-hari. Namun demikian, kenyataan (fakta) tersebut diolah secara imajinatif oleh pengarang sehingga menjadi sebuah karya fiksi.
Secara fisik, cerpen pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. panjang ceritanya kurang lebih 3 sampai 10 halaman atau kurang dari 10 ribu kata.
2. selesai dibaca dalam sekali duduk.
3. hanya terdapat satu insiden yang menguasai jalan cerita
4. terdapat konflik, tetapi tidak sampai menimbulkan perubahan nasib pelakunya.
5. hanya terdapat satu alur cerita
6. perwatakan dan penokohan dilukiskan secara singkat
Unsur Pembangun Cerpen
Seperti halnya bentuk prosa lainnya, cerpen dibangun dari unsur intrinsik (unsur dari dalam cerpen) dan unsur ekstrinsik (unsur dari luar cerpen).
Unsur intrinsik meliputi:
1. Tema, yaitu sesuatu yang menjadi dasar cerita, menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita. Tema suatu cerita seringkali diungkapkan secara tersirat.
2. Alur/plot, yaitu jalan cerita yang dibuat oleh pengarang dalam menjlin kejadian atau peristiwa secara runtut sehingga terjalin satu cerita yang bulat.
3. Latar/ setting, yaitu menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, suasana, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
4. Tokoh dan penokohan, yaitu tokoh menunjuk pada orang/pelaku cerita, sedangkan penokohan menunjuk pada sifat/karakter dan sikap tokoh yang menggambarkan kualitas pribadi seorang tokoh. Secara umum kita mengenal tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Sedangkan untuk menggambarkan tokoh dapat dilakukan secara langsung (analitik) dan taklangsung (dramatik)
5. Sudut pandang, yaitu cara pengarang menempatkan diri atau memandang suatu peristiwa dalam cerita.
6. Gaya bahasa, yaitu cara khas penyampaian dan penyusunan dalam bentuk tulisan atau lisan. Hal ini meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas, dan penghematan kata.
7. Amanat, yaitu pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita yang ditulisnya.
Unsur Ekstrinsik meliputi:
1. latar belakang biografi pengarang
2. keadaan sosial, politik, ekonomi zaman karya ditulis
3. psikologi pengarang.
Langkah menulis cerpen:
1. menentukan tema
2. mengumpulkan bahan cerita, bahan cerita dapat diambil dari peristiwa sehari-hari, pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, hasil membaca, mengamati, dan sebagainya
3. menyusun data/ bahan cerita,merupakan garis besar cerita, cerita berawal ketika apa, siapa tokohnya, apa konfliknya
4. mengembangkan data dan bahan menjadi cerita
5. merevisi hasil tulisan
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam menulis cerpen.
1. Narasi. Cerpen merupakan cerita, maka narasi (cara bercerita yang baik dan menarik) akan menjadikan cerpen menarik untuk dinikmati.
2. Deskripsi. Cerita akan semakin menarik bila ada deskripsi yang mendukung isi cerita. Misalnya deskripsi tokoh, deskripsi tempat, deskripsi suasana, dan sebagainya. Semakin cermat dekripsinya akan semakin bagus.
Contoh:
a. untuk menceritakan tentang tokoh perempuan yang cantik hanya dengan kalimat “Perempuan itu sangat cantik.” tentu akan berbeda kesannya bila dituliskan dengan deskripsi-deskripsi berikut.
“Perempuan itu berkulit kuning langsat. Wajahnya oval, bulu matanya lentik, alisnya tebal, hidungnya mancung sekitar lima senti dan ada tahi lalat di pipi sebelah kiri. Dagunya sekilas bagai sangkar burung tempua. Sesekali barisan putih menyembul dari balik bibirnya saat tersenyum. Ah, bibir yang tipis dan basah…”
b. untuk menceritakan tempat dan suasana hanya dengan kalimat ”Malioboro selalu ramai, banyak pedagang kaki lima yang selalu menarik kedatangan turis.” tentu akan berbeda kesannya bila dituliskan dengan deskripsi-deskripsi berikut.
”Hujan yang menggila mulai reda. Orang-orang mengalir lagi lagi di sepanjang Malioboro, mengikuti jalur ke arah selatan. Sebuah urat nadi Yogya, yang semakin sesak dengan gedung-gedung bertingkat dan pengap oleh polusi kendaraan. Di koridornya pejalan kaki berbagi tempat dengan pedagang souvenir, yang hampir menghabiskan tempat.
Pedagang kaki lima, memang, menguasai wilayah turis ini. Membuat atraktif. Sedap dipandang mata dan membuka lapangan pekerjaan. Mengurangi kemiskinan. Sumber devisa, karena banyak menyedot turis mancanegara datang ke sini.”
Dengan demikian penguasaan deskripsi sangat penting dalam menulis cerpen. Adanya deskripsi akan semakin menghidupkan cerita.
3. Dialog. Dialog sangat penting untuk menghidupkan cerita. Di samping itu, dialog juga dapat memberikan petunjuk tentang watak dan sifat tokoh cerita, dapat menggugah perasaan pembaca dalam menghayati suasana dalam cerita.
4. Konflik. Konflik juga berfungsi untuk menghidupkan cerita. Adanya konflik akan membuat pembaca semakin ingin tahu akhir ceritanya. Cerita tanpa konflik akan terasa datar saja.
5. Memperhatikan EyD. Meskipun cerpen merupakan karya fiksi, penggunaan EyD tidak dapat diabaikan, terutama yang berkaitan dengan tanda baca. Misalnya tanda baca apa yang dipakai dalam menuliskan kalimat langsung (yang ada pada dialog), kapan harus muncul paragraf baru, kapan menggunakan tanda ’titik’, ’koma’, ’tanda tanya’, ’tanda seru’, penulisan istilah asing, dan sebagainya.
6. Selain hal-hal di atas, agar cerita semakin menarik Anda dapat pula memasukkan pengetahuan di dalamnya. Ini terlihat dalam Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata, atau Supernova-nya Dewi Lestari. Dengan memasukkan pengetahuan juga semakin menunjukkan luasnya wawasan pengarang.
Agar cerpen Anda semakin kaya, Anda juga perlu membaca karya-karya lain. Tentu tidak dimungkiri, banyak membaca akan memperkaya wawasan.
7. Hal yang paling penting agar dapat menghasilkan sebuah cerpen yang baik adalah berlatih, berlatih, berlatih.
_________________________________________________________________________________________________
CITRAAN DALAM PUISI
Untuk memberikan gambaran yang jelas, untuk menimbulkan suasana, untuk membuat lebih hidup dan menarik, dalam puisi penyair juga sering menggunakan gambaran angan. Gambaran angan dalam puisi ini disebut citraan (imagery)
Citraan atau pengimajian adalah gambar-gambar dalam pikiran, atau gambaran angan si penyair. Setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji (image). Gambaran pikiran ini adalah sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata (indera penglihatan). Citraan tidak membuat kesan baru dalam pikiran.
Jenis/macam citraan (imaji)
1. Citraan penglihatan (visual imegery)
Citraan penglihatan adalah citraan yang ditimbulkan oleh indera penglihatan (mata). Citraan ini paling sering digunakan oleh penyair. Citraan penglihatan mampu memberi rangsangan kepada indera penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah terlihat.
Contoh:
Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai
(Amir Hamzah, Padamu Jua)
2. Citraan pendengaran (auditory imagery)
Citraan pendengaran adalah citraan yang dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara, misalnya dengan munculnya diksi sunyi, tembang, dendang, dentum, dan sebagainya. Citraan pendengaran berhubungan dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga).
Contoh:
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
(Chairil Anwar, Sajak Putih)
3. Citraan perabaan (tactile imagery)
Citraan perabaan adalah citraan yang dapat dirasakan oleh indera peraba (kulit). Pada saat membacakan atau mendengarkan larik-larik puisi, kita dapat menemukan diksi yang dapat dirasakan kulit, misalnya dingin, panas, lembut, kasar, dan sebagainya.
Contoh:
Kapuk randu, kapuk randu!
Selembut tudung cendawan
Kuncup-kuncup di hatiku
Pada mengembang bermerkahan
(WS Rendra, Ada Tilgram Tiba Senja)
4. Citraan penciuman (olfactory)
Citraan penciuman adalah citraan yang berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera penciuman. Citraan ini tampak saat kita membaca atau mendengar kata-kata tertentu, kita seperti mencium sesuatu.
Contoh:
Dua puluh tiga matahari
Bangkit dari pundakmu
Tubuhmu menguapkan bau tanah
(WS Rendra, Nyanyian Suto untuk Fatima)
5. Citraan pencecapan (gustatory)
Citraan pencecapan adalah citraan yang berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera pencecap. Pembaca seolah-olah mencicipi sesuatu yang menimbulkan rasa tertentu, pahit, manis, asin, pedas, enak, nikmat, dan sebagainya.
Contoh:
Dan kini ia lari kerna bini bau melati
Lezat ludahnya air kelapa
(WS Rendra, Ballada Kasan dan Patima)
6. Citraan gerak (kinaesthetic imagery)
Citraan gerak adalah gambaran tentang sesuatu yang seolah-olah dapat bergerak. Dapat juga gambaran gerak pada umumnya.
Contoh:
Pohon-pohon cemara di kaki gunung
pohon-pohon cemara
menyerbu kampung-kampung
bulan di atasnya
menceburkan dirinya ke kolam
membasuh luka-lukanya
(Abdulhadi, Sarangan)
Selain citraan di atas, ada pula ahli sastra yang menambahkan jenis citraan lain, yaitu:
1. Citraan perasaan
Puisi merupakan ungkapan perasaan penyair. Untuk mengungkapkan perasaannya tersebut, penyair memilih dan menggunakan kata-kata tertentu untuk menggambarkan dan mewakili perasaannya itu. Sehingga pembaca puisi dapat ikut hanyut dalam perasaan penyair.
Perasaan itu dapat berupa rasa sedih, gembira, haru, marah, cemas, kesepian, dan sebagainya.
Contoh:
Alangkah pilu siutan angin menderai
Mesti berjuang menghabiskan lagu sedih
Kala aku terpeluk dalam lengan-lenganmu
Sebab keinginan saat ini mesti tewas dekat usia
(Toto Sudarto Bachtiar, Wajah)
2. Citraan intelektual
Citraan intelektual adalah citraan yang dihasilkan oleh/ dengan asosiasi-asosiasi intelektual.
Contoh:
Bumi ini perempuan jalang
yang menarik laki-laki jantan dan pertapa
ke rawa-rawa mesum ini
dan membunuhnya pagi hari
(Subagio Sastrowardoyo, Dewa Telah Mati)
Contoh puisi yang banyak mengandung citraan terlihat berikut ini.
DUKA CITA
Yang memucat wajahnya
merenungi kelabu dinding kamar
yang ditinggal mati penghuninya
sedang di luar
anjing terdiam
tak melihat kupu terbang
menjatuhkan madu di lidahnya
yang terasa getir
Angin tidak bekerja
ranting pohonan merunduk
menyesali daun kering yang terlepas
waktu perempuan berkerudung hitam
melangkah di atas daunan
berisik, menyayat hati burung
yang pecah telurnya
Tangan-tangan gadis
yang pucat mukanya
diam-diam meronce melati
sambil mengusap air mata
Di ujung desa
jenazah sedang di sucikan
(Kuntowijoyo)
_______________________________________________________________________________________________
PERSUASI
Persuasi adalah bentuk karangan yang bertujuan untuk meyakinkan dan membujuk seseorang baik pembaca atau juga pendengar agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis.
Bentuk persuasi yang dikenal umum adalah propaganda yang dilakukan berbagai badan, lembaga, atau perorangan; iklan dalam surat kabar, kampanye, selebaran.
Persuasi menggunakan pendekatan emotif, yaitu pendekatan yang berusaha membangkitkan dan merangsang emosi pembaca. Di samping itu, karangan persuasi pun biasanya menggunakan pendekatan rasional, yakni dengan menyampaikan fakta-fakta untuk meyakinkan pembaca atau pendengar.
Ciri paragraf persuasi:
1. Paragraf persuasi berusaha meyakinkan, mendorong, memengaruhi, dan membujuk seseorang atau pembaca
2. Persuasi menggunakan fakta dan bukti untuk meyakinkan dan memengaruhi pembaca.
3. Persuasi menggunakan bahasa secara menarik untuk memberikan sugesti kepada pembaca.
4. Paragraf persuasi berusaha membuat pembaca tergerak untuk melakukan yang dikehendaki penulis.
Paragraf persuasi pada dasarnya merupakan kelanjutan atau pengembangan dari paragraf argumentasi. Adapun bagian-bagian persuasi adalah sebagai berikut.
1. Bagian awal memaparkan gagasan tertentu
2. Diikuti dengan memberikan alasan, bukti, atau contoh untuk meyakinkan dan memengaruhi pembaca.
3. Ditutup dengan ajakan, bujukan, rayuan, imbauan, atau saran kepada pembaca.
Perbedaan argumentasi dengan persuasi
argumentasi persuasi
tujuan untuk mencapai suatu kesimpulan untuk mencapai persetujuan atau kesesuaian penulis dengan pembaca sehingga pembaca menerima keinginan penulis
sasaran proses berpikir kebenaran mengenai subjek yang dibicarakan pembaca atau pendengar
banyaknya fakta semakin banyak fakta yang digunakan semakin kuat kebenaran yang dipertahankan fakta seperlunya saja
penggunaan bahasa bersifat lugas atau apa adanya, sehingga terasa kaku luwes dan menarik karena memang digunakan untuk membujuk
sasaran logika pembaca emosi/perasaan pembaca
fokus garapan benar-salahnya gagasan atau pendapat menggarap pembaca agar mau mengikuti kehendak penulis
Contoh paragraf persuasi
Masalah sampah di DKI Jakarta adalah masalah yang sangat rumit, terutama menyangkut tempat pembuangan akhir (TPA). Dengan jumlah penduduk 10 juta jiwa dan rata-rata setiap jiwa menyumbang produksi sampah 2,92 meter kubik setiap harinya maka total produksi sampah 26.000 meter kubik per hari. Tumpukan sampah sebanyak itu sulit kita bayangkan. Membuang sampah ke provinsi tetangga sulit karena terganjal kesepakatan dengan Pemda setempat. Belum lagi tentangan dari warga sekitar TPA. Siapa yang ikhlas jika kampungnya dijadikan bak sampah warga daerah lain? Untuk mengatasi hal itu, kita perlu mengubah TPA (tempat pembuangan akhir) menjadi TPA (tempat pengolahan akhir). Artinya, sampah tidak hanya dibuang, tetapi diolah menjadi barang yang lebih bermanfaat, misalnya kompos.Dengan cara ini, semua orang dapat menerima karena tidak ada pihak yang dirugikan.
Dalam contoh di atas terlihat bahwa bagian awal paragraf itu merupakan argumentasi, sedangkan bagian akhirnya termasuk persuasi. Paragraf persuasi tidak dapat dipisahkan dengan paragraf argumentasi. Sebab, pembaca tidak akan mudah dipengaruhi atau diajak jika belum yakin. Untuk meyakinkan diperlukan argumentasi.
_________________________________________________________________________________________________
ARGUMENTASI
Kata argumen berarti alasan.
Karangan argumentasi adalah karangan yang berusaha memberikan alasan yang kuat untuk meyakinkan pembaca. Karangan argumentasi bersifat objektif. Pada umumnya mengemukakan alasan, contoh, dan bukti yang kuat untuk meyakinkan, sehingga pembaca akan terpengaruh, meyakini, dan membenarkan gagasan/pendapat penulis. Contoh argumentasi adalah karya ilmiah, makalah, skripsi, dsb.
Karakteristik paragraf argumentasi:
1. kalimat utama/pendahuluan berupa pernyataan/gagasan penulis yang menarik perhatian pembaca
2. diikuti kalimat-kalimat penjelas yang berisi argumen-argumen untuk meyakinkan atau membuktikan kebenaran gagasan awal penulis
3. ditutup dengan kesimpulan yang menegaskan gagasan awal penulis
Karangan argumentasi dan eksposisi seringkali sulit dibedakan. Bentuk keduanya hampir sama. Meskipun demikian, keduanya memiliki perbedaan.
Persamaan argumentasi dengan eksposisi:
1. argumentasi dan eksposisi sama-sama menjelaskan pendapat, gagasan, dan keyakinan penulis
2. keduanya memerlukan analisis dan sistesis
3. sumber gagasan dapat berasal dari pengalaman, pengalaman dan penelitian, serta sikap dan keyakinan (daya khayal jarang digunakan sebagai sumber gagasan)
4. keduanya menggunakan fakta atau data yang berupa angka, peta, statistik, atau gambar.
Perbedaan argumentasi dengan eksposisi
Bagian Karangan argumentasi eksposisi
Pembuka atau pendahuluan Menarik perhatian pembaca pada persoalan yang akan dikemukakan. Memperkenalkan kepada pembaca tentang topik yang akan dipaparkan dan tujuan paparan tersebut.
Tujuan Meyakinkan pembaca. Memberi informasi atau menjelaskan kepada pembaca agar pembaca memperoleh gambaran yang jelas.
Penggunaan data, contoh, gambar, dsb Untuk membuktikan bahwa apa yang dikemukakan penulis dalam tulisan itu benar. Untuk lebih menjelaskan atau memperjelas isi karangan.
penutup Menyimpulkan apa yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya. Menegaskan lagi apa yang telah diuraikan sebelumnya.
Catatan:
1. Bagian pembuka dan penutup argumentasi tidak boleh terlalu panjang. Pada bagian pembuka adapat disampaikan latar belakang timbulnya masalah, sistematika yang digunakan, dan tujuan argumentasi itu ditulis.
2. Kesimpulan yang dikemukakan harus benar dan ditarik dari uraian sebelumnya dan tidak boleh menyimpang.
3. Apabila masalah yang dikemukakan perlu pemecahan, dapat disampaikan saran atau usul setelah kesimpulan.
4. Penutup tidak harus berupa kesimpulan, tetapi dapat pula berupa ringkasan mengenai apa yang telah dikemukakan sebelumnya.
Untuk dapat membuat sebuah karangan argumentasi yang baik harus memperhatikan hal-hal berikut.
1. Berpikir sehat, kritis, dan logis
2. mampu mencari, mengumpulkan, memilih fakta yang sesuai dengan tujuan dan topik, serta mampu merangkaikannya untuk membuktikan keyakinan atau pendapat kita
3. menjauhkan emosi dan subjektivitas
4. mampu menggunakan bahasa secara baik dan benar, efektif, dan tidak menimbulkan salah penafsiran.
Contoh-contoh paragraf argumentasi
Contoh 1
Kebiasaan menabung sejak dini memberi manfaat besar bagi orang yang melakukannya. Dengan menabung, secara tidak langsung seseorang berusaha menata hidupnya. Seperti sering terjadi, dalam hidup banyak kejadian yang tidak terduga, seperti sakit, tertimpa musibah, mendaftar sekolah, dan sebagainya. Hal-hal tersebut tentu memerlukan biaya. Dengan memiliki tabungan, seseorang tidak akan terlalu panik ketika berhadapan dengan kejadian yang tidak terduga itu. Mereka akan lebih mudah menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Jadi, melihat manfaatnya yang cukup besar, kegiatan menabung hendaknya dapat menjadi kebiasaan.
Contoh 2
Mempertahankan kesuburan tanah merupakan syarat mutlak bagi tiap-tiap usaha pertanian. Selama tanaman dalam proses menghasilkan, kesuburan tanah ini akan berkurang. Padahal kesuburan tanah wajib diperbaiki kembali dengan pemupukan dan penggunaan tanah itu sebaik-baiknya. Teladan terbaik tentang cara menggunakan tanah dan cara menjaga kesuburannya, dapat kita peroleh pada hutan yang belum digarap petani.
Contoh 3
Menurut Iskandar, sudah saatnya masyarakat mengubah paradigma agar lulusan SMP tidak latah masuk SMA. Kalau memang lebih berbakat pada jalur profesi sebaiknya memilih SMK. Dia mengingatkan sejumlah risiko bagi lulusan SMP yang sembarangan melanjutkan sekolah. Misalnya, lulusan SMP yang tidak mempunyai potensi bakat-minat ke jalur akademik sampai perguruan tinggi, tetapi memaksakan diri masuk SMA, dia tidak akan lulus UAN karena sulit mengikuti pelajaran di SMA. Tanpa lulus UAN mustahil bisa sampai perguruan tinggi. Pada akhirnya mereka akan menjadi pengangguran karena pelajaran di SMA tidak memberi bekal untuk bekerja.
Jadi, memilih SMA tanpa pertimbangan yang matang hanya akan menambah pengangguran.
Paragraf argumentasi dapat dikembangkan dengan menggunakan pola sebab-akibat:
1. Pola sebab-akibat
Yaitu satu sebab yang menimbulkan beberapa akibat.
Misal:
Sebab: Hujan turun__________akibat 1 jemuran basah
akibat 2 tanah becek
akibat 3 got penuh air
dsb.
2. Pola akibat-sebab
Yaitu satu akibat yang terjadi karena beberapa sebab.
Misal:
akibat: lingkungan rusak__________sebab 1: penebangan hutan
sebab 2: pembuangan sampah
sebab 3: penambangan liar
dsb.
3. Pola sebab-akibat yang bertalian
Satu sebab menimbulkan satu akibat yang menjadi sebab dari akibat yang timbul berikutnya.
Sebab1________akibat1 (sebab2)_______akibat2 (sebab3)_______akibat3 (sebab4) dan seterusnya.
Misal:
Sebab1: Semalam hujan turun ________Akibat1: air menggenang (menjadi sebab2) _______Akibat2: jalan-jalan banjir (menjadi sebab3)____________Akibat3: lalu lintas macet. dan seterusnya…
__________________________________________________________________________________________________
EKSPOSISI
Eksposisi atau paparan merupakan bentuk karangan yang memaparkan, menjelaskan, menguraikan, atau memerikan ide, gagasan, atau pendapat penulis dengan tujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan pembaca. Eksposisi adalah suatu karangan yang bertujuan memberikan penjelasan atau informasi kepada pembaca tentang suatu hal. Oleh karena itu, karangan eksposisi disebut juga karangan informatif.
Pada karangna eksposisi, informasi yang dikemukakan dimaksudkan sebagai penjelasan gagasan penulis tentang suatu hal/objek. Karangan eksposisi bertujuan agar pembaca memperoleh informasi atau keterangan yang sejelas-jelasnya tentang objek tersebut. Dengan demikian, tujuan utama karangan eksposisi adalah memberitahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Titik perhatian lebih mengarah pada kecerdasan atau akal, bukan perasaan atau emosi pembaca. Yang harus selalu diingat adalah bahwa karangan eksposisi sama sekali tidak mendesak atau memaksa orang lain untuk menerima pandangan atau pendirian tertentu, tetapi semata-mata memberikan informasi. Umumnya menjawab pertanyaan apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana.
Untuk memaparkan hal yang dikemukakan, tidak jarang karangan eksposisi menggunakan contoh, grafik, tabel, serta berbagai bentuk fakta dan data lainnya.
Contoh eksposisi antara lain artikel di surat kabar, petunjuk dalam label atau kemasan barang, buku cara beternak belut, cara mengembangbiakkan adenium, dsb.
Paragraf eksposisi dapat dikembangkan dengan berbagai macam pola pengembangan, diantaranya:
1. Pola pengembangan proses
Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau perurutan dari suatu kejadian atau peristiwa. Pada pola pengembangan proses penulis menjelaskan tiap urutan ke dalam detail-detail yang tegas sehingga pembaca dapat melihat seluruh proses itu dengan jelas. Misalnya, bagaimana sebuah mesin bekerja? Bagaimana cara membuat brem? Jawaban atas pertanyaan tersebut mengacu pada suatu proses.
Kata penghubung yang biasa digunakan pada pola pengembangan proses adalah mula-mula, lalu, kemudian, setelah itu, dan sebagainya.
Contoh:
Pohon anggur, di samping buahnya yang digunakan untuk pembuatan minuman, daunnya pun dapat digunakan sebagai bahan untuk pembersih wajah. Caranya, ambillah daun anggur secukupnya. Lalu, tumbuk sampai halus. Masaklah hasil tumbukan itu dengan air secukupnya dan tunggu sampai mendidih. Setelah itu, ramuan tersebut kita dinginkan dan setelah dingin baru kita gunakan untuk membersihkan wajah. Insya Allah, kulit wajah kita akan kelihatan bersih dan berseri-seri.
2. Pola pengembangan definisi
Pada pola pengembangan definisi ini paragraf dikembangkan dengan memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah istilah atau hal. Di sini kita tidak menghadapi hanya suatu kalimat, tetapi suatu rangkaian kalimat untuk menjelaskan suatu hal.
Contoh:
Ozone therapy adalah pengobatan suatu penyakit dengan cara memasukkan oksigen murni dan ozon berenergi tinggi ke dalam tubuh melalui darah. Ozone therapy merupakan terapi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita maupun sebagai pencegah penyakit.
3. Pola pengembangan contoh/ilustrasi
Sebuah gagasan yang terlalu umum memerlukan ilustrasi/contoh yang konkret. Dalam eksposisi, contoh-contoh tersebut tidak berfungsi untuk membuktikan suatu pendapat, tetapi contoh-contoh tersebut dipakai untuk menjelaskan dan menegaskan ide, gagasan, dan maksud penulis. Dalam hal ini pengalaman pribadi merupakan bahan ilustrasi/contoh yang paling efektif dalam menjelaskan gagasan-gagasan umum tersebut.
Kata penghubung yang biasa digunakan pada pola pengembangan contoh/ilustrasi adalah misalnya, seperti, contoh, dan sebagainya.
Contoh:
Sebenarnya, kondisi ekonomi kita sudah relatif membaik. Indikatornya dapat dilihat dari berbagai aspek. Misalnya, dalam bidang otomotif. Setiap hari kita temukan aneka kendaraan melintas di jalan raya. Sepeda motor baru, mobil pun baru. Ini menandakan bahwa taraf hidup masyarakat mulai membaik. Indikator lain seperti daya beli masyarakat akan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Dalam bidang papan, misalnya, banyak warga masyarakat yang membangun tempat tinggal yang permanen.
4. Pola pengembangan perbandingan
Pola pengembangan paragraf yang dikembangkan dengan menggunakan dua sudut pandang perbandingan secara berpasangan, misalnya unsur kesamaan dan perbedaan, keuntungan dan kerugian, kelebihan dan kekurangan. Kalimat utama dalam paragraf perbandingan menyatakan dua hal yang akan dibandingkan. Maksud dari perbandingan itu antara lain untuk menjelaskan pada suatu penilaian yang relatif mengenai kedua hal yang dibandingkan itu.
Kata penghubung yang biasa digunakan pada pola pengembangan perbandingan adalah dibandingkan dengan, jika dibandingkan dengan, daripada, dan sebagainya.
Contoh:
Tema lagu anak-anak zaman dulu lebih bervariasi dan mengandung pesan-pesan pendidikan yang bermanfaat bagi perkembangan mental-psikologis anak jika dibandingkan dengan lagu anak-anak masa kini. Anak-anak zaman dulu telah belajar tentang kebesaran Tuhan (Pelangi), alam sekitar (Lihat Kebunku), kasih sayang (Oh, Ibu dan Ayah), transportasi (Tamasya), dan pendidikan (Lihatlah Kawan) melalui lagu-lagu tersebut. Lagu tersebut mampu mendatangkan kegembiraan juga memperluas wawasan pengetahuan anak-anak. Dibandingkan dengan lagu-lagu lama, lagu anak-anak zaman sekarang kurang memiliki variasi tema. Lagu-lagu tersebut kurang memperhatikan nilai yang ingin ditanamkan pada diri anak dan lebih memperhatikan kebutuhan pasar. Jadi, temanya bersifat temporer karena mengikuti perubahan selera pasar. Unsur kesamaan yang masih ditemukan dalam kedua kelompok lagu ini ialah para pencipta lagu masih berusaha menciptakan irama yang gembira dan ritme yang sederhana, seperti kehidupan anak-anak itu sendiri.
5. Pola pengembangan pertentangan/kontras
Berbeda dengan pola perbandingan, pola pertentangan hanya mempertentangkan atau menyatakan perbedaan dari dua hal yang dibandingkan. Kalimat utama menjelaskan inti perbedaan yang dilihat dari sudut pandang tertentu, misalnya fungsi, ciri, ukuran fisik, dan sebagainya.
Kata penghubung yang biasa digunakan pada pola pengembangan pertentangan/kontras adalah berbeda, berbeda dengan, akan tetapi, tetapi, namun, padahal, sebaliknya, dan sebagainya.
Contoh:
Tugas seorang konduktor pada pergelaran orkestra di negara-negara barat berbeda dengan kebanyakan konduktor pergelaran orkestra di Indonesia. Konduktor pergelaran orkestra di negara barat bertanggung jawab penuh pada kualitas musik orkestra yang ditampilkan. Syarat utama menjadi konduktor tentu secara musikal harus memiliki wawasan yang luas dan mendalam, baik secara teoretis maupun praktis. Berbeda dengan konduktor negara barat, menurut penuturan Widya Kristanti, seperti halnya dirinya, di Indonesia konduktor untuk orkestra, khusunya yang bersifat populer, umumnya tidak mempunyai latar belakang akademis. Bahkan lebih dari itu, kebanyakan konduktor tersebut masih bekerja rangkap sebagai music director ( pimpinan pergelaran musik) dan masih terkait dengan masalah-masalah prapoduksi dan produksi pergelaran musik itu sendiri.
6. Pola pengembangan analogi
Pola analogi merupakan perbandingan yang sistematis dari dua hal yang berbeda tetapi dengan memperlihatkan kesamaan segi atau fungsi dari kedua hal yang dibandingkan tadi. Jika dalam pola perbandingan berusaha menunjukkan kesamaan antara dua hal dalam kelas yang sama, tetapi dalam pola analogi menunjukkan kesamaan antara dua hal yang berlainan kelas.
Kata penghubung yang digunakan dalam pola pengembangan analogi sama dengan pada pola pengembangan perbandingan.
Contoh:
Struktur suatu karangan atau buku pada hakikatnya mirip atau sama dengan suatu pohon. Bila pohon dapat diuraikan menjadi batang, dahan, ranting, dan daun, maka karangan atau buku dapat diuraikan menjadi tubuh karangan, bab, sub-bab, dan paragraf. Tubuh karangan sebanding dengan batang, bab sebanding dengan dahan, sub-bab sebanding dengan ranting, dan paragraf sebanding dengan daun.
7. Pola pengembangan umum-khusus atau khusus-umum
Pola pengembangan umum-khusus berarti memaparkan suatu permasalahan bertolak dari suatu pernyataan yang bersifat umum kemudian berangsur-angsur menyempit ke hal-hal yang bersifat khusus. Hal atau pernyataan yang bersifat umum berkedudukan sebagai pokok informasi (pikiran utama), sedangkan hal yang bersifat khusus berkedudukan sebagai informasi tambahan (pikiran penjelas). Apabila pola ini dibalik, yaitu memaparkan hal-hal yang bersifat khusus kemudian memuncak pada hal yang bersifat umum, pola pengembangannya bergeser menjadi khusus-umum.
Contoh:
Sifat konflik di negeri ini sudah mulai bergeser dari vertikal ke horizontal. Semula konflik vertikal, yaitu konflik antara rakyat setempat dan pemerintah pusat, hanya terjadi di daerah-daerah tertentu yang secara historis memang memiliki potensi konflik seperti Aceh dan Papua. Kini konfliknya berubah sifat menjadi horizontal, yaitu antara sesama warga masyarakat. Konflik horizontal ini umumnya dipicu oleh suatu isu tertentu yang entah dihembuskan oleh siapa, kemudian isu tersebut direspon positif oleh warga masyarakat. Terjadilah pro dan kontra di kalangan warga. Kondisi seperti ini dimanfaatkan dengan sangat baik oleh mereka yang kita kenal sebagai provokator.
8. Pola pengembangan klasifikasi
Klasifikasi adalah sebuah proses untuk mengelompokkan hal-hal atau sesuatu yang dianggap memiliki kesamaan tertentu. Paragraf eksposisi klasifikasi dikembangkan berdasarkan suatu kategori umum kemudian diikuti dengan penjelasan anggotanya. Pola pengembangan klasifikasi pada dasarnya hanya menyebutkan sejumlah kategori menurut sudut pandang tertentu.
Contoh:
Pemerintah akan memberikan bantuan pembangunan rumah atau bangunan kepada korban gempa. Bantuan pembangunan rumah tersebut disesuaikan dengan tingkat kerusakannya. Warga yang rumahnya rusak ringan mendapat bantuan sekitar 10 juta. Warga yang rumahnya rusak sedang mendapat bantuan sekitar 20 juta. Warga yang rumahnya rusak berat mendapat bantuan sekitar 30 juta. Calon penerima bantuan tersebut ditentukan oleh aparat desa setempat dengan pengawasan dari pihak LSM.
9. Pola pengembangan sebab-akibat
Pengembangan paragraf eksposisi dapat pula dinyatakan dengan mempergunakan sebab-akibat. Dalam hal ini, sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Atau sebaliknya, akibat sebagai gagasan utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya.
Kata penghubung yang biasa digunakan pada pola pengembangan sebab-akibat adalah sebab, akibatnya, sehingga, maka, dan sebagainya
Contoh:
Pada tahun 2002, produksi padi turun 3,85 persen. Akibatnya, impor beras meningkat, diperkirakan menjadi 3,1 juta ton pada tahun 2003. Sesudah swasembada pangan tercapai pada tahun 1984, pada tahun 1985, kita mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras, bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 1993. Akan tetapi, pada tahun 1994, neraca perdagangan beras kita tekor 400 ribu ton. Sejak itu, impor beras meningkat dan pada tahun 2002 mencapai 2,5 juta ton.
——————————————————————————————————————————————————————-
MENULIS PUISI
A. Pendahuluan
Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang diungkapkan dengan menggunakan bahasa yang padat, indah, dan kaya makna. Artinya ia dibentuk oleh kata-kata yang benar-benar terpilih, terseleksi, atau melalui sensor yang ketat. Puisi merupakan hasil ungkapan perasaan penyair yang dituangkan melalui kata-kata/bahasa yang sengaja dipilih penyair untuk mewakili perasaannya. Menurut Riffaterre (Pradopo, 1987: 12-13) puisi itu menyatakan sesuatu secara tak langsung, yaitu mengatakan sesuatu hal dengan arti yang lain. Dari pengertian di atas, layaklah kalau pembaca sering mengalami kesulitan ketika berhadapan dengan sebuah puisi. Sebab puisi adalah dunia kata-kata yang karakternya berbeda dibandingkan dengan karakter kata dalam tulisan-tulisan yang lain.
Puisi memiliki ciri-ciri, antara lain:
• Puisi berisikan ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang berdasarkan pengalaman dan bersifat imajinatif.
• Dalam puisi terdapat pemadatan segala unsur kekuatan bahasa.
• Dalam penyusunannya, unsur-unsur bahasa itu dirapikan, diperbagus, dan diatur sebaik-baiknya dengan memperhatikan irama dan bunyi.
• Bahasa yang digunakan bersifat konotatif.
• Puisi dibangun oleh struktur fisik (tipografi, diksi, majas, rima, dan irama) serta struktur batin (tema, amanat, perasaan, nada, dan suasana)
Walaupun bukan penyair profesional, sebenarnya hampir setiap orang dari kita pernah menciptakan puisi. Pada saat-saat tertentu, misalnya ketika sedang bahagia, sedih atau pada saat-saat jatuh cinta, banyak dari kita yang tiba-tiba menjadi penyair. Pada saat-saat seperti itu kita akan merekam dan mengekspresikan perasaan dan pengalaman kita dalam sebuah puisi. Dengan demikian, setiap orang dapat dikatakan memiliki potensi untuk menjadi penulis puisi.
Manfaat menulis puisi, antara lain:
• Sebagai alat pengungkapan diri,
• Sebagai alat untuk memahami secara lebih jelas dan mendalam ide-ide yang ditulisnya,
• Sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran diri terhadap lingkungan,
• Sebagai alat untuk melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan bersastra,
• Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan menggunakan bahasa sebagai media komunikasi,
• Meningkatkan inisiatif penulis
Modul ini akan membahas masalah yang berkaitan dengan penulisan puisi yang akan membantu Anda dalam belajar menulis puisi. Setelah mempelajari dan memahami modul ini, Anda diharapkan memiliki keterampilan untuk menulis puisi. Penguasaan materi penulisan puisi berkaitan erat dengan praktik menulis puisi, maka semakin banyak Anda berlatih menulis puisi semakin terkuasai materi tersebut.
B. Unsur-unsur Puisi
Menurut Herman J. Waluyo dalam bukunya Teori dan Apresiasi Puisi (1995), secara garis besar, unsur/struktur puisi terbagi dalam dua macam, yaitu struktur fisik dan struktur batin.
• Struktur Fisik, yaitu unsur-unsur yang langsung tampak pada fisik puisi, yang meliputi:
1. Diksi (pilihan kata). Dalam menulis puisi, penyair harus cermat dalam memilih dan mempertimbangkan kata-kata yang akan dipakainya dalam puisi agar mampu mewakili suasana, perasaan, serta keindahan puisinya.
2. Majas yaitu gaya bahasa. Dalam menyampaikan ide dalam puisinya sering kali pengarang menggunakan kiasan, yakni tidak secara langsung mengungkapkan makna.
3. Rima/ritme yaitu pungulangan bunyi pada puisi yang berfungsi untuk musikalitas atau orkestrasi yang dapat mendukung makna puisi.
4. Tipografi yaitu tata wajah atau tata letak kata-kata, baris-baris, serta bait-bait dalam sebuah puisi. Tipografi dipandang penting agar tidak menggeser makna dari kata-kata dalam puisi. Hal ini sangat jelas pada puisi kontemporer
5. Citraan atau pengimajian. Untuk memancing imajinasi pembaca maka penyair sering menggunakan kata atau susunan kata yang mengungkapkan pengalaman imajinasi.
• Struktur Batin, yaitu unsur-unsur yang tidak langsung tampak pada fisik puisi, artinya harus digali dari fisik puisi tersebut. Struktur batin meliputi:
1. Tema, yaitu ide atau gagasan dasar atau pokok persoalan yang terdapat dalam sebuah puisi. Tema tersirat dalam keseluruhan isi puisi.
2. Amanat, yaitu pesan yang ingin desampaikan penyair melalui sebuah puisi. Pesan-pesan tersebut biasanya dihadirkan dalam ungkapan yang tersembunyi.
3. Perasaan, yaitu hal yang diekspresikan penyair dalam puisinya tersebut, mengingat bahwa puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekpresi perasaan penyair.
4. Nada, yaitu sikap penyair terhadap pembaca melalui sebuah puisi. Nada ini bisa menyindir, menggurui, menasihati, atau hanya bercerita, dan sebagainya.
5. Suasana, yaitu keadan jiwa pembaca setelah membaca puisi atau akibat psikologis yang dialami oleh pembaca. Misalnya sedih, terharu, gembira, dan sebagainya.
C. Langkah-langkah Penulisan Puisi
1. Menentukan tema
Penentuan/pencarian ide untuk menulis sebuah puisi merupakan tahap persiapan dan usaha. Ketika hati seseorang tergerak untuk menulis puisi maka ia harus berusaha mencari ide yang akan dituangkan dalam puisinya. Yang namanya ide selalu datang dengan tiba-tiba. Ide ini dapat berkaitan dengan masalah sosial, keagamaan, kesedihan, dan lain-lain. Bagi orang yang sudah terbiasa menulis puisi, ide yang akan ditulis dalam puisi biasanya muncul secara tiba-tiba ketika melihat atau mengamati lingkungan sekitarnya. Ide puisi dapat juga dicari secara sengaja dari lingkungan sekitar kita, terutama bagi mereka yang baru berlatih. Informasi dan pengalamanpun harus dikumpulkan untuk menguatkan ide yang ditemukan.
2. Mengendapkan dan mengolah ide serta mengumpulkan materi (kata, kelompok kata, pengalaman) untuk mendukung tema.
Setelah ide diperoleh, penulis harus berjuang untuk mewujudkannya dalam bentuk puisi. Pada tahap ini, penulis memerlukan perenungan untuk mengolah dan memperkaya ide yang didapat dengan pengalaman batin. Misalnya, untuk menulis puisi anak penjual koran, Anda dapat merenung bagaimana jika Anda yang menjadi penjual koran itu.
3. Mengembangkan ide/tema menjadi sebuah puisi
Untuk mewujudkan ide menjadi sebuah puisi dibutuhkan keterampilan berbahasa karena bahasalah yang Anda gunakan sebagai media ekspresi. Anda harus bergelut dan bergulat dengan kata-kata. Kreativitas Anda untuk memilih diksi dan majas ditantang pada tahap ini. Anda harus mampu menemukan kata-kata yang tepat untuk mengekspresikan puisi Anda. Keindahan puisi Anda dapat terlihat dari tepat tidaknya Anda memilih, menjalin, dan menggunakan kata-kata pada tempatnya yang wajar. Semakin sering Anda menulis puisi, Anda akan semakin terampil mengekspresikan puisi dalam bahasa yang indah (estetis).
Contoh pilihan kata dan majas:
a. pita hitam (belasungkawa)
b. dewi malam (bulan)
c. aku ini binatang jalang (orang yang bebas, tidak mau terikat)
d. mau hidup seribu tahun lagi (tak ingin mati)
• Perhatikan larik-larik puisi berikut:
kuingat pertemuan kita
pada sore yang hujan itu
aku masih setia menunggu,
namun, kapan kau akan
menjemputku
• Bandingkan dengan larik-larik berikut.
kukenangkan pertemuan kita
pada hujan senja temaram
masihkah,
kaubiarkan aku berdiri usang
terbenam di rawa-rawa penantian
Dari kedua contoh di atas, tampak menggambarkan suatu hal yang sebetulnya sama. Namun, Anda tentu dapat merasakan bahwa contoh yang kedua terasa lebih kuat maknanya. Hal itu karena didukung oleh pilihan kata yang cermat oleh penyair.
4. Mengevaluasi hasil tulisan
Setelah Anda selesai menulis puisi, Anda dapat melakukan penilaian secara kritis terhadap puisi yang telah Anda buat. Bila perlu, puisi tersebut dapat dimodifikasi, direvisi, ditambah, atau dihilangkan bagian-bagian yang tidak sesuai. Evaluasi juga dapat dilakukan dengan membandingkan puisi Anda dengan puisi orang lain. Selain itu juga mendiskusikan puisi Anda dengan orang lain untuk mendapatkan masukan bagi penyempurnaan karya tersebut.
Membaca langkah-langkah penulisan puisi di atas, tampaknya bukan hal sulit untuk menulis sebuah puisi. Oleh karena itu, Anda harus segera mencoba menulis puisi. Jangan ragu untuk memulai. Yang penting sebagai penulis pemula Anda dapat membangun sebuah makna yang utuh dalam puisi yang Anda buat, walau di sana sini ada beberapa hal yang perlu dibenahi. Selamat mencoba.
—————————————————————————————————————————————————————
RIMA
Rima adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik dalam larik sajak maupun pada akhir larik sajak. Rima merupakan salah satu unsur penting dalam puisi. Melalui rima inilah, keindahan suatu puisi tercipta. Rima tidak selalu berada di akhir baris dalam satu bait. Rima juga dapat ditemukan dalam satu baris.
Jenis/macam rima
A. Rima akhir, yaitu persamaan bunyi pada akhir baris
Macam rima akhir adalah
1. rima silang [a-b-a-b],
Contoh:
Angin pulang menyejuk bumi
Menepuk teluk menghempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas alas
(Amir Hamzah)
2. rima terus [a-a-a-a],
Contoh:
Di lereng gunung lembah menghijau
Air terjun menghimbau-himbau
Meraih beta pelipur risau
Turut hasrat hendak menjangkau
(Dali S. Sinaga)
3. rima pasang [a-a-b-b],
Contoh:
Indonesia tanah airku
tanah tumpah darahku
di sanalah aku digusur
dari tanah leluhur
……
(Husni Djamaludin)
4. rima patah [a-a-a-b/a-b-a-a/a-a-b-a],
Contoh:
Selalu kau teringat padaku?
Seperti aku tak pernah lupa padamu?
Tak sepatah keluar dari mulutmu
Tapi setitik air mata tercurah
(Sitor Situmorang)
5. rima peluk [a-b-b-a]
Contoh:
Di lengkung cahaya berhias bintang
Cahaya bulan di ombak menitik
Embun berdikit turun merintik
Engkau menantikan ikan datang
…….
(J.E. Tatengkeng)
B. Rima datar yaitu persamaan bunyi pada tiap-tiap larik sajak.
Macam rima datar adalah
1. asonansi [pengulangan bunyi vokal]
Contoh:
burung perkutut di ladang berumput
neba berkawan menelani kerikil
kami segan memasang pulut
memikat burung begitu mungil
(Piek Ardijanto Soeprijadi)
2. aliterasi [pengulangan bunyi konsonan]
Contoh:
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
…… (Amir Hamzah)
————————————————————————————————————————————————–
KATA ULANG
Kata ulang adalah adalah kata yang mengalami proses pengulangan atau reduplikasi satuan gramatik baik seluruhnya maupun sebagian.
Macam pengulangan:
1. Pengulangan seluruh (kata ulang utuh/murni/seluruh)
yaitu kata ulang yang terjadi dari pengulangan seluruh bentuk dasar atau komponen pokoknya. Contoh: buku-buku, rumah-rumah, dsb.
2. Pengulangan sebagian (kata ulang sebagian)
yaitu kata ulang yang terjadi dari proses pengulangan sebagian bentuk dasar yang menjadi komponen pokoknya. Bentuk dasar yang menjadi komponen pokok kata ulang ini pun dapat berupa kata tunggal ataupun kata kompleks. Contoh: sesama, tetua, lelaki, dsb.
3. Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks (kata ulang berimbuhan)
yaitu kata ulang yang terjadi dari pengulangan bentuk dasar bersama-sama dengan afiksasi. Contoh: memata-matai, mobil-mobilan, dsb.
4. Pengulangan dengan perubahan fonem (kata ulang berubah bunyi)
yaitu kata ulang yang terjadi dari pengulangan bentuk dasar yang menjadi komponen pokok disertai dengan perubahan fonem, baik fonem vokal maupun fonem konsonan. Contoh: sayur-mayur, bolak-balik, dsb.
Menentukan bentuk dasar/komponen pokok kata ulang.
Untuk menentukan bentuk dasar/komponen pokok kata ulang kadang tidaklah mudah. Namun, kita dapat mengikuti pedoman sbb.
1. Pada umumnya pengulangan tidak mengubah kelas/jenis kata. Jadi, bila kata ulang tersebut termasuk jenis kata benda, maka bentuk dasarnya juga kata benda. dsb.
Misal: anak-anak (KB), komponen pokoknya anak (KB)
menari-nari (KK), komponen pokoknya menari (KK)
2. Bentuk dasar yang menjadi komponen pokok kata ulang selalu berupa bentuk dasar yang terdapat dalam pemakaian bahasa Indonesia.
Misal: mengamat-amati komponen pokoknya mengamati (bukan mengamat atau amati)
tari-tarian komponen pokoknya tarian
Makna Kata Ulang
1. Menyatakan makna ’banyak dan tak tentu’
Contoh: Rumah-rumah di desa itu masih sangat sederhana.
2. Menyatakan ’banyak dan bermacam-macam’
Contoh: Karena kemarau panjang, tumbuh-tumbuhan banyak yang mati.
3. Menyatakan ’meskipun’
Contoh: Hujan-hujan dia datang juga sore itu.
4. Menyatakan makna ’kemiripan bentuk/rupa’
Contoh: Kuda-kudaan itu sangat digemari adik.
5. Menyatakan ’kemiripan sifat/cara’
Contoh: Tingkahnya sangat kekanak-kanakan.
6. Menyatakan makna ’perbuatan berulang-ulang/intensitas frekuentatif’
Contoh: Ia mengangguk-anggukkan kepala mendengar penjelasan itu.
7. Menyatakan makna ’kesalingan’
Contoh: Sudah cukup lama mereka berkirim-kiriman surat.
8. Menyatakan makna ’hal yang disebut pada kata dasarnya’
Contoh: Masak-memasak memang sudah menjadi kegemarannya.
9. Menyatakan makna ’agak’
Contoh: Air yang kehitam-hitaman itu tidak layak minum.
10. Menyatakan makna ’kesantaian’
Contoh: Setiap pagi, ia duduk-duduk di teras rumah.
11. Menyatakan ‘paling’
Contoh: Ia harus menyelesaikan tugas itu secepat-cepatnya.
12. Menyatakan ‘intensitas perasaan’
Contoh: Tidak baik membeda-bedakan sesama teman.
13. Menyatakan ’sering, selalu, mudah’
Contoh: Akhir-akhir ini ia sering sakit-sakitan.
——————————————————————————————————————————————————————————————–



PARAGRAF DESKRIPSI
Pengertian
Deskripsi adalah jenis karangan yang isinya memerikan, melukiskan, atau menggambarkan suatu objek tertentu secara jelas dan rinci dengan mengoptimalkan pancaindra guna menciptakan kesan atau pengalaman sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, dan merasakan sendiri hal yang digambarkan oleh penulis.
Contoh deskripsi
Gerobak itu berbentuk kotak persegi memanjang. Dua setengah meteran panjangnya, dengan lebar dan tinggi tak lebih dari datu meter. Ada sebuah roda kecil di masing-masing sisi gerobak, dengan kayu menjulur di keempat sudutnya sebagai sandaran. Keseluruhan sisi gerobak itu berbahan seng yang mulai berkarat. Sisi belakang gerobak itu menjadi pintu keluar masuk, yang terbagi menjadi dua sisi, atas-bawah, yang bisa berfungsi sebagai jendela ketika pintu bawah tertutup dan pintu atas dibuka. Sepasang pegangan kayu yang terjulur kaku seakan menjadi pagar yang menghalangi siapa pun untuk datang ke pintu itu.

Saat membaca paragraf tersebut, kita seperti benar-benar berhadapan dengan gerobak. Meskipun hanya berhadapan dengan rangkaian kata-kata, indra penglihatan kita seakan-akan melihat secara langsung objek yang dideskripsikan tersebut.
Dalam tulisan deskripsi, penulis tidak bermaksud menonjolkan gagasan atau idenya sendiri. Ia hanya ingin menjadi seperti kamera atau pelukis yang berusaha menampilkan gambar secara nyata dan semirip mungkin dengan benda aslinya. Bahkan untuk mempertajam penggambaran dan menciptakan suau efek tertentu, penulis sering menggunakan majas.
Macam pola pengembangan deskripsi.
1. Deskripsi objektif
yaitu paragraf deskripsi yang dalam penggambaran objeknya tidak disertai opini penulis.
Contoh
Pantai Nusa Penida belum banyak dikunjungi orang. Sebenarnya Pantai Nusa Penida memesona karena pasirnya putih kekuning-kuningan. Dari Denpasar, Pulau Nusa Penida bisa ditempuh 1,5 jam, setelah melalui jalan darat atau dengan menumpang kapal motor sekitar 35 menit dari Pelabuhan Padangbai. Nusa Penida terdiri atas tiga gugusan pulau, yaitu Pulau Lembongan, Ceningan, dan Nusa Besar dengan luas wilayah 202,84 km2. Pantai Nusa Penida air lautnya jernih dan bebas polusi. Ombaknya pun tidak terlalu besar hingga tidak membahayakan orang.
2. Deskripsi subjektif
yaitu paragraf deskripsi yang dalam penggambaran objeknya disertai opini penulis.
Contoh
Jika diumpamakan permata, pesona Pantai Nusa Penida bak mutiara yang memantulkan cahaya putih kekuning-kuningan. Namun, jika diibaratkan gadis, maka pesonanya laksana sosok perawan kencur. Kiasan tersebut sepintas memang kedengaran berlebihan. Namun, itulah sesungguhnya kata yang paling tepat untuk menggambarkan pesona alam Pantai Nusa Penida. Maklum, karena pulau yang terletak di sebelah selatan Pulau Bali itu memiliki hamparan pantai berpasir putih kekuning-kuningan. Dari Denpasar, Nusa Penida bisa ditempuh 1,5 jam, melalui jalan darat dan menumpang kapal motor sekitar 35 menit dari Pelabuhan Padangbai. Nusa Penida terdiri atas tiga gugusan pulau, yaitu Pulau Lembongan, Ceningan, dan Nusa Besar dengan luas wilayah 202,84 km. Pantai Nusa Penida yang masih ’perawan’ mengetengahkan hamparan laut yang berair jernih dan bebas dari sentuhan polusi. Ombaknya pun sedang-sedang saja, seakan sengaja ingin menjauhkan pelancong yang mencumbunya dari ancaman marabahaya.
Jika diperhatikan kedua contoh di atas mencoba melukiskan/mendeskripsikan objek yang sama, yaitu Pantai Nusa Penida. Namun, bila dicermati cara penulis menggambarkan objeknya tampak ada perbedaan antara contoh 1 dengan contoh 2. Dapatkah Anda merasakan perbedaan itu? Dapatkah Anda menemukan perbedaaan itu? Indera apakah yang dominan digunakan penulis untuk melukiskan objeknya?
Macam pola pengembangan deskripsi yang sering juga dipakai adalah deskripsi spasial, yaitu deskripsi yang melukiskan ruang atau tempat yang pelukisannya dijelaskan perbagian dan dari berbagai segi.
Contoh: Menurut penglihatan saya, kamar itu sangatlah besar dan bagus. Sebuah tempat tidur besi besar dengan kasur, bantal, guling, dan kelambu yang serba putih, berenda dan berbunga putih, berada di kamar dekat dinding sebelah utara. Kemudian, satu cermin oval besar tergantung di dinding selatan. Di kamar itu juga ada lemari pakaian yang amat besar terbuat dari kayu jati. Lemari kokoh itu tepat berada di samping pintu kamar.
Ciri/karakteristik deskripsi
1. melukiskan atau menggambarkan suatu objek tertentu, baik objek personal (orang), maupun objek lokal (tempat)
2. bertujuan untuk menciptakan kesan atau pengalaman pada diri pembaca agar seolah-olah pembaca melihat, mendengar, merasakan, atau mengalami sendiri hal yang dideskripsikan
3. dalam melukiskan objeknya dilakukan secara detail dengan mengoptimalkan perincian yang melibatkan pengalaman pancaindra
——————————————————————————————————————————
PARAGRAF NARASI
Narasi adalah cerita. Narasi merupakan suatu bentuk karangan yang mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian yang disusun menurut urutan peristiwa/kejadian dan waktu dengan tujuan untuk menciptakan kesan atau pengalaman pada pembaca.
Unsur pokok dalam narasi adalah tokoh, peristiwa/kejadian, dan waktu.
Contoh paragraf narasi
Dari sebuah kantung di dalam keranjang besarnya, Wak Katok mengeluarkan daun ramu-ramuan. Kemudian ia membersihkan luka-luka Pak Balam dengan air panas dan Wak Katok menutup luka besar di betis dengan ramuan daun-daun yang kemudian dibungkus dengan sobekan kain sarung Pak Balam. Wak Katok merebus ramuan obat-obatan sambil membaca mantera-mantera, dan setelah air mendidih, air obat dituangkan ke dalam mangkok dari batok kelapa. Setelah air agak dingin, Wak Katok meminumkannya kepada Pak Balam sedikit demi sedikit.
(Harimau! Harimau! Karya Mochtar Lubis)
Narasi dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Narasi Ekspositoris, yaitu narasi yang mengisahkan serangkaian peristiwa yang benar-banar nyata dan terjadi (fakta). Dalam narasi ekspositoris, logika merupakan hal yang penting. Sasaran utamanya adalah rasio. Isinya menyampaikan informasi untuk memperluas pengetahuan pembaca. Disebut juga narasi nonfiksi.
Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, riwayat perjalanan.
2. Narasi Sugestif, yaitu narasi yang mengisahkan suatu hasil rekaan, khayalan, atau imajinasi pengarang. Bersifat fiktif. Narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal atau imajinasi karena sasaran yang ingin dicapai adalah kesan terhadap peristiwa itu. Disebut juga narasi fiksi.
Contoh narasi sugestif adalah cerpen, novel dongeng, dsb.
Perbedaan narasi ekspositoris dan narasi sugestif terlihat dalam tabel berikut.
No Narasi Ekspositoris No Narasi Sugestif
1. Memperluas pengetahuan pembaca 1. Menyampaikan makna atau amanat yang tersirat
2. Menyampaikan informasi tentang suatu kejadian 2. Menimbulkan daya khayal
3. Bahasanya cenderung informatif, menggunakan kata-kata denotatif 3. Bahasanya cenderung figuratif, sugestif, dan konotatif
4. Didasarkan pada penalaran 4. Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, kalau perlu penalaran dapat dilanggar, misalnya dalam dongeng.
Ciri/karakteristik paragraf narasi sebagai berikut.
1. Narasi berisi kisah atau cerita tentang peristiwa atau kejadian
2. Narasi memiliki unsur tokoh, peristiwa, dan waktu.
3. Narasi dapat bersifat fiksi maupun nonfiksi
4. Narasi bertujuan menciptakan kesan atau pengalaman kepada pembaca.
Berikut ini contoh paragraf narasi ekspositoris dan narasi sugestif yang dikembangkan dari topik yang yang sama.
Narasi ekspositoris
Saat ini Ali sedang menghadapi ulangan matematika. Ia merasa sangat kesulitan. Dalam hati ia menyesal, karena semalam tidak belajar. Tak satu pun soal dapat terjawab. Ia lalu berpikir untuk bertanya pada teman yang duduk di sampingnya. Namun, ia ragu. Ia takut kalau perbuatannya diketahui oleh pengawas.
Narasi sugestif
Saat ini Ali sedang duduk menekuri soal matematika yang ada di depannya. Ia terpaku karena tak bisa mengerjakan soal-soal itu. Dalam hati ia menyesal, karena semalam tidak belajar. Tak satu pun soal yang dapat terpecahkan, meskipun seluruh kekuatan otaknya sudah dikerahkan. Terlintas dalam pikirannya untuk bertanya pada teman yang duduk di sampingnya. Namun, ketakutan merayapi perasaannya, mengingat mata pengawas selalu berkeliaran di seluruh penjuru ruang kelas.

PARAFRASE PUISI DAN KECITRAAN

MATERI PUISI
Puisi adalah bentuk karangan yang terikat oleh ritma, rima, ataupun junlah baris serta di tandai oleh bahasa yang padat.
Unsur-unsur Intrinstik puisi adalah :
 Tema : Tentang apa puisi itu berbicara.
 Amanat : apa yang hendak dinasehatkan kepada pembaca.
 Rima : Persamaan – persamaan bunyi.
 Ritma : Perhentian – perhentian / tekanan – tekanan yang teratur.
 Metrum / Irama : Turun Naik lagu secara beraturan yang dibentuk oleh persamaan Jumlah kata / suku tiap baris
 Majas / Gaya : Permainan bahasa untuk efek estesis maupun maksimalisasi ekspresi.
 Kesan : Perasaan yang diungkapkan lewat puisi ( sedih , haru, mencekam, berapi – api, dll)
 Diksi : Pilihan kata/ ungkapan.
Unsur – unsur tersebut terjalin menyatu secara harmonis sehingga lahi karya puisi yang bernilai.
Lahirnya puisi sering dipengaruhi oleh unsur Ekstrinsik, Yakni unsur – unsur di luar karya itu sendiri, misalnya : biografi, agama, pandangan hidup pengarang, adapt, social-budaya-politik , masyarakat, dll.
Struktur Fisik Puisi

Adapun struktur fisik puisi dijelaskan sebagai berikut.

(1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.

(2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Geoffrey (dalam Waluyo, 19987:68-69) menjelaskan bahwa bahasa puisi mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpangan, yaitu penyimpangan leksikal, penyimpangan semantis, penyimpangan fonologis, penyimpangan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register (ragam bahasa tertentu oleh kelompok/profesi tertentu), penyimpangan historis (penggunaan kata-kata kuno), dan penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik)

(3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.

(4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.

(5) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.

(6) Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutardji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

StrukturBatinPuisi
Adapun struktur batin puisi akan dijelaskan sebagai berikut.
(1) Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

(2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk olehlatarbelakangsosiologisdanpsikologisnya.

(3) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.

(4) Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.

TEKNIK ANALISIS PUISI DENGAN PARAFRASE
Membaca puisi pada dasarnya merupakan usaha melakukan kontak lahir batin dengan puisi tsb. Pembaca puisi perlu bergulat dengan segala kemampuan, pikiran, pengalaman dan perasaan terhadap puisi yg dibaca agar dapat menangkap segala makna dalam puisi. Mengapa hal tsb diperlukan? Karena banyak puisi yg bersifat "menyembunyikan makna" dibalik baris-baris kata dan bait.
Dari sudut pandang bahasa, secara konvensional bahasa memiliki konsep Dwi-Tunggal: bentuk dan arti. Kata tertentu memiliki arti tertentu secara harfiah. Namun kata-kata yg digunakan pada puisi mengandung arti "tambahan" dengan memanipulasi bahasa dan memanfaatkan potensi yg ada pada bahasa. Kata-kata didalam puisi dapat membawa arti yg "ambiguous" dan dapat terjadi multiinterpretasi pada puisi yg sama (puisi dapat diinterpretasikan lebih dari satu macam).
Menganalisi puisi berarti berusaha mengambil/menemukan arti biasa maupun arti "tambahan" yang dikandung puisi tsb. Disamping memahami arti/ makna puisi, kegiatan analisis juga berusaha untuk melihat struktur/ unsur-unsur puisi.
Unsur-unsur puisi adalah segala sesuatu yg berperan membentuk/ ,membangun puisi menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur puisi dapat terdiri dari: bunyi, imaji, kiasan, tipografi, diksi, baris, bait, manipulasi tatabahasa dll.
Dengan pendekatan struktur puisi agar dapat memahami puisi dengan baik, kita dapat berpegang pada prinsip berikut:
• Makna unsur-unsur puisi membentuk makna keseluruhan puisi. Makna unsur- unsur puisi dicari dengan terlebih dahulu mengandaikan makna keseluruhan puisi. Keberadaan suatu unsur puisi ditentukan oleh adanya unsur lainnya. Oleh karena itu, seluruh unsur-unsur puisi tidak membentuk makna sendiri-sendiri secara lepas tetapi secara bersama membentuk makna keseluruhan puisi. Maka puisi dikatakan sebagai karya sastra yg "koheren" dimana setiap unsurnya saling terkait dan saling menentukan dalam membentuk makna keseluruhan puisi. Oleh karena itu, selalu baca puisi secara keseluruhan, tidak sepotong-sepotong.
Analisis puisi dapat dilakukan dengan teknik "parafrase" yaitu usaha mengembalikan kata-kata yg hilang atau memperbaiki tata bahasa dalam rangka memudahkan pemahaman puisi.
Hal ini amat bermanfaat terutama bagi puisi yg menggunakan sedikit kata-kata.
Ada 2 metoda teknik parafrase:
1) Mempertahankan susunan kata-kata dalam puisi tetapi menambahkan
unsur/ kata dalam tanda kurung yg akan memudahkan usaha
memahami puisi secara keseluruhan.
Contoh:
Perhatikan puisi Chairil Anwar berikut ini:
HAMPA
kepada Sri
Sepi di luar. Sepi menekan-mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti. Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.
Dengan teknik parafrase ini kita tambah beberapa
kata agar lebih mudah dipahami.
HAMPA
kepada Sri
(keadaan amat) Sepi di luar (sana).
(Keadaan) Sepi (itu) menekan-(dan) mendesak.
Lurus kaku pohon(-pohon)an (disana).
(pohonan itu) Tak bergerak
Sampai ke puncak (nya). Sepi (itu) memagut(ku),
Tak satu kuasa (pun dapat) melepas-(dan me)renggut(nya
dariku)
Segala(nya hanya) menanti. Menanti. (dan) Menanti (lagi).
(menanti dalam) Sepi.
(di) Tambah (lagi dengan keadaan saat) ini (,) menanti jadi
mencekik (malah)
Memberat(kan dan)-mencekung (kan) punda (kku)
Sampai binasa segala(-galanya). (itu pun) Belum apa-apa
(bahkan) Udara (pun telah) bertuba. Setan (pun) bertempik
(sorak)
Ini (,) (peraan) sepi (ini) terus (saja) ada.
Dan (aku masih tetap) menanti.

NB: Teknik parafrase ini hanya diperlukan bagi puisi-puisi yg
amat minim kata-katanya. Bila suatu puisi telah tersusun dalam
kata-kata yg mudah dipahami, maka tidak diperlukan lagi membuat
parafrase.

2) Mengubah puisi menjadi prosa dengan cara mengubah baris/ bait
menjadi kalimat-kalimat dengan menambah/mengurangi/menukar kata-
kata tertentu sehingga unsur-unsur asli puisi tidak kelihatan
lagi, yg ada hanya suatu prosa dimana prosa tsb telah menggambarkan
makna secara keseluruhan puisi tsb.
Silahkan buat prosa yg lengkap untuk puisi "Hampa" karya




























PUISI LAMA
A.PENGERTIAN
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.
Aturan- aturan itu antara lain :
1. Jumlah kata dalam 1 baris
2. Jumlah baris dalam 1 bait
3. Persajakan (rima)
4. Banyak suku kata tiap baris
5. Irama
B. MACAM-MACAM PUISI LAMA
1. MANTRA
Mantra adalah merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan kepercayaan.
Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
2.GURINDAM
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India)
CIRI-CIRI GURINDAM:
a. Sajak akhir berirama a – a ; b – b; c – c dst.
b. Berasal dari Tamil (India)
c. Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatui sebab akibat.
Contoh :
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
Gurindam
Ini gurindam pasal yang pertama:
Barang siapa tiada memegang agama,
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang ma’rifat
Barang siapa mengenal Allah,
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari.
Barang siapa mengenal dunia,
tahulah ia barang yang terpedaya.
Barang siapa mengenal akhirat,
tahulah ia dunia melarat.
Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawaban nya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
3. SYAIR
Syair adalah puisi lama yang berasal dari Arab.
CIRI – CIRI SYAIR :
a. Setiap bait terdiri dari 4 baris
b. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
c. Bersajak a – a – a – a
d. Isi semua tidak ada sampiran
e. Berasal dari Arab
Contoh :
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Negeri bernama Pasir Luhur (a)
Tanahnya luas lagi subur (a)
Rakyat teratur hidupnya makmur (a)
Rukun raharja tiada terukur (a)
Raja bernama Darmalaksana (a)
Tampan rupawan elok parasnya (a)
Adil dan jujur penuh wibawa (a)
Gagah perkasa tiada tandingnya (a)
4.PANTUN
Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat.
CIRI – CIRI PANTUN :
1. Setiap bait terdiri 4 baris
2. Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
3. Baris 3 dan 4 merupakan isi
4. Bersajak a – b – a – b
5. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
6. Berasal dari Melayu (Indonesia)
Contoh :
Ada pepaya ada mentimun (a)
Ada mangga ada salak (b)
Daripada duduk melamun (a)
Mari kita membaca sajak (b)
MACAM-MACAM PANTUN
1. DILIHAT DARI BENTUKNYA
a. PANTUN BIASA
Pantun biasa sering juga disebut pantun saja.
Contoh :
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
2. SELOKA (PANTUN BERKAIT)
Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait.
CIRI-CIRI SELOKA:
a. Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua.
b. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga
c. Dan seterusnya
Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan
3. TALIBUN
Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
Jika satiu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
Jadi :
Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
Contoh :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
4. PANTUN KILAT ( KARMINA )
CIRI-CIRINYA :
a. Setiap bait terdiri dari 2 baris
b. Baris pertama merupakan sampiran
c. Baris kedua merupakan isi
d. Bersajak a – a
e. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
Contoh :
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
2. DILIHAT DARI ISINYA
2.1. PANTUN ANAK-ANAK
Contoh :
Elok rupanya si kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang
2.2. PANTUN ORANG MUDA
Contoh :
Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Sehidup semati kita bersama
Satu kubur kelak berdua
2.3. PANTUN ORANG TUA
Contoh :
Asam kandis asam gelugur
Kedua asam riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
2.4. PANTUN JENAKA
Contoh :
Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga
2.5. PANTUN TEKA-TEKI
Contoh :
Kalau puan, puan cemara
Ambil gelas di dalam peti
Kalau tuan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki
Soneta
MUHAMAD YAMIN
Penyair yang dikenal sebagai pemula bentuk soneta
dalam kesusastraan Indonesia modern ini dilahirkan di Sawahlunto,
Sumatera Barat, pada tanggal 23 Agustus 1903. Dengan demikian, dapat dipahami apabila Yamin tidak
terhanyut begitu saja oleh hal-hal yang pernah diterimanya, baik itu
berupa karya-karya sastra Barat yang pernah dinikmatinya maupun sistem
pendidikan Barat yang pernah dialaminya.Dengan demikian, puisi Yamin memang dekat sekali
dengan syair yang memang merupakan puisi untuk mengisahkan
sesuatu.”Puisi Yamin itu dapat dirasakan sebagai syair dalam bentuk
yang bukan syair”, demikian Umar Junus. Jika Umar Junus melihat adanya kedekatan untuk soneta
yang dipergunakan Yamin dengan bentuk pantun dan syair, sebetulnya hal
itu tidak dapat dipisahkan dari tradisi sastra yang melingkungi Yamin
pada waktu masih amat dipengaruhi pantun dan syair.Sifat soneta yang melankolik dan kecenderungan
berkisah yang terdapat didalamnya tidak berbeda jauh dengan yang
terdapat dalam pantun dan syair. Dua hal yang disebut terakhir,
yakni sifat melankolik dan kecenderungan berkisah, kebetulan sesuai
untuk gejolak perasaan Yamin pada masa remajanya.
Karena itu, soneta yang baru saja dikenal Yamin dan yang kemudian
digunakannya sebagai bentuk pengungkapan estetiknyha mengesankan bukan
bentuk soneta yang murni.Karena itu, soneta Yamin bukanlah suatu adopsi bentuk
eropa dalam keseluruhan kompleksitas strukturalnya, tetapi lebih
merupakan suatu pengungkapan yang visual, sesuatu yang bersifat
permukaan saja dari soneta Belanda, yang masih memiliki ekspresi puitis
yang khas Melayu.
Di Lautan Hindia
Mendengarkan ombak pada hampirku
Debar-mendebar kiri dan kanan
Melagukan nyanyi penuh santunan
Terbitlah rindu ke tempat lahirku
Sebelah Timur pada pinggirku
Diliputi langit berawan-awan
Kelihatan pulau penuh keheranan
Itulah gerangan tanah airku
Di mana laut debur-mendebur
Serta mendesir tiba di papsir
Di sanalah jiwaku, mula bertabur
Di mana ombak sembur-menyembur
Membasahi barissan sebuah pesisir
Di sanalah hendaknya, aku berkubur
Pada tahun 1928 Yamin menerbitkan kumpulan sajaknya yang berjudul Indonesia, Tumpah Darahku.Sebagai pemuda yang mencita-citakan kejayaan masa
depan bangsanya, ia tetap mengenang kegemilangan masa silam bangsanya:
Tiap gelombang di lautan berdesir
Sampai ke pantai tanah pesisir
Setiap butir berbisik di pasir
Semua itu terdengar bagiku Menceriterakan hikayat zaman yang lalu
Peninggalan bangsaku segenap waktu
Berkat cahaya pelita poyangku Penggalan sajak berikut ini juga
memperlihatkan adanya kesadaran untuk memelihara hasi-hasil yang pernah
dicapai oleh para pendahulu bangsa dan menjadikannya sebagai modal
untuk meraih kegemilangan masa depan: Adapun kami anak sekarang
Mari berjejrih berbanting tulang
Menjaga kemegahan jangalah hilang,
Supaya lepas ke padang yang bebas
Sebagai poyangku masa dahulu,
Karena bangsaku dalam hatiku
Turunan Indonesia darah Melayu Patriotisme Yamin yang juga mengilhami
untuk menumbuhkan kecintaan pada bangsa dan sastra. Ia banyak pula menerjemahkan karya sastra asing ke
dalam bahasa Indonesia, antara lain karya sastrawan Inggris William
Shakespeare (1564–1616) berjudul Julius Caesar (1952) dan dari
pengarang India Rabindranath Tagore (1861–1941) berjudul Menantikan
Surat dari Raja dan Di Dalam dan Di Luar Lingkungan Rumah Tangga.


CITRAAN DALAM PUISI
Citraan Adalah penggambaran mengenai objek berupa kata, frase, atau kalimat yang tertuang di dalam puisi atau prosa. Citraan dimaksudkan agar pembaca dapat memperoleh gambaran konkret tentang hal-hal yang ingin disampaikan oleh pengarang atau penyair. Dengan demikian, unsur citraan dapat membantu kita dalam menafsirkan makna dan menghayati sebuah puisi secara menyeluruh.
Jenis Citraan dibagi menjadi 7, yakni:
1. Citraan penglihatan, yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indera penglihat (mata). Citraan ini dapat memberikan ransangan kepada mata sehingga seolah-olah dapat melihat sesuatu yang sebenarnya tidak terlihat.
2. Citraan pendengaran, yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indera pendengar (telinga). Citraan ini dapat memberikan ransangan kepada telinga sehingga seolah-olah dapat mendengar sesuatu yang diungkapkan melalui citraan tersebut.
3. Citraan perabaan, yaitu citraan yang melibatkan indera peraba (kulit), misalnya kasar, lembut, halus, basah, panas, dingin, dll.
4. Citraan penciuman, yaitu citraan yang berhubungan dengan indera pencium (hidung). Kata-kata yang mengandung citraan ini menggambarkan seolah-olah objek yang dibicarakan berbau harum, busuk, anyir, dll.
5. Citraan pencecapan, yaitu citraan yang melibatkan indera pencecap (lidah). Melalui citraan ini seolah-olah kita dapat merasakan sesuatu yang pahit, asam, manis, kecut, dll.
6. Citraan gerak, yaitu citraan yang secara konkret tidak bergerak, tetapi secara abstrak objek tersebut bergerak.
7. Citraan perasaan, yaitu citraan yang melibatkan hati (perasaan). Citraan ini membantu kita dalam menghayati suatu objek atau kejadian yang melibatkan perasaan.